Semarang (ANTARA) - Pemerintah Kota Semarang menyebutkan kawasan kumuh terus berkurang setiap tahun dan saat ini tinggal menyisakan 44 hektare yang akan terus diselesaikan hingga nol persen.
"Kami berkomitmen untuk terus mengurangi kawasan kumuh hingga mencapai nol persen. Di tahun 2024 ini, menyisakan 44 ha kawasan kumuh dari total seluas 431 ha," kata Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, di Semarang, Kamis.
Hal tersebut disampaikan Ita, sapaan akrab Hevearita, saat presentasi penilaian nominasi Lomba Hari Habitat Provinsi Jawa Tengah 2025.
Di hadapan tim juri, ia mengatakan bahwa berbagai upaya telah dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih, sehat, nyaman dan adaptif terhadap kerentanan bencana, serta perubahan iklim.
Ia mengatakan bahwa capaian dan keberhasilan penghapusan kawasan kumuh pada tahun 2023 yang mencatat rekor tertinggi, yakni sebesar 192 ha.
Sebagai kota pesisir dengan pertumbuhan dinamis, kata dia, sejumlah upaya dilakukan dengan meningkatkan inovasi pengurangan kawasan kumuh, menghidupkan lahan tidur, dan mempertahankan wilayah bebas kumuh yang telah terselesaikan.
Untuk penanganan kawasan kumuh di wilayah Kelurahan Tugu, Mangkang Wetan dan Mangunharjo telah dilakukan normalisasi Sungai Bringin yang telah selesai
Nantinya, kata dia, akan dilanjutkan dengan normalisasi Sungai Plumbon yang saat ini telah selesai proses pembebasan lahan.
Ia mengatakan bahwa upaya pengelolaan sampah, rehabilitasi kawasan mangrove, perbaikan infrastruktur jalan, program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), hingga peningkatan infrastruktur irigasi juga akan dioptimalkan.
Baca juga: Angka putus sekolah di Kota Semarang capai 475 orang
Baca juga: Kapan Semarang terbebas dari banjir?