Jakarta (ANTARA) - Liga Bola Basket Indonesia (IBL) GoPay 2025 merilis sorotan terhadap keputusan wasit yang bertugas dalam setiap pertandingan dengan sejumlah keputusan penting yang diambil wasit dalam beberapa pekan terakhir untuk menjadi bahan evaluasi.
Pekan pertama: keputusan yang dipertanyakan
Dalam laga antara Pelita Jaya Jakarta melawan Dewa United Banten pada 11 Januari, keputusan kontroversial terjadi di kuarter kedua dengan sisa waktu 1:21. Wasit memberikan defensive foul kepada Kaleb Ramot Gemilang setelah terjadi kontak dengan James Dickey III.
Namun, setelah ditinjau melalui Instant Replay System (IRS), keputusan tersebut dinyatakan sebagai incorrect call. Sayangnya, wasit tidak memiliki wewenang untuk membatalkan foul yang sudah diberikan meskipun dalam review terbukti tidak sah.
Di laga lain antara Borneo Hornbills melawan Kesatria Bengawan Solo pada 12 Januari, keputusan wasit mendapat pengakuan sebagai correct call. Insiden yang melibatkan Michael Qualls yang mengambil bola di bibir ring tanpa melakukan gangguan terhadap bola yang masih memiliki peluang masuk dinyatakan sah berdasarkan aturan FIBA OBR 2024.
Pekan kedua: keputusan terlewatkan
Dalam duel Tangerang Hawks Basketball kontra Borneo Hornbills pada 19 Januari, sebuah missed call terjadi di kuarter keempat dengan sisa waktu 4:74. Brandon Lee McCoy melakukan pelanggaran travelling sebelum mengoper bola, namun wasit tidak meniup pelanggaran tersebut.
Pelatih Tangerang Hawks sempat mengajukan head coach challenge (HCC), tetapi aturan FIBA OBR tidak mengizinkan peninjauan ulang untuk kejadian travelling melalui HCC.
Pekan ketiga: permainan sah dan reaksi berlebihan
Laga Prawira Bandung melawan Dewa United Banten pada 26 Januari mencatat sebuah correct no call ketika Jacob Lobbu berusaha menyelamatkan bola yang hampir keluar lapangan.
Lobbu tidak menyentuh bola saat berada di luar lapangan, sehingga tidak dianggap sebagai out-of-bounds violation. Namun, aksi protes berlebihan dari pelatih Dewa United menghasilkan technical foul sesuai regulasi OBR Pasal 36.2.1.
Pekan keempat: insiden ayunan siku
Pertandingan antara Tangerang Hawks dan Bali United Banten pada 2 Februari menampilkan insiden yang berujung pada incorrect non call.
Jarred Shaw terlihat mengayunkan siku ke arah kepala Putu Pande setelah mendapatkan foul, namun setelah melalui head coach challenge, wasit memutuskan bahwa tindakan Shaw bukan sebuah pelanggaran. Keputusan ini kemudian dievaluasi dan dinyatakan sebagai kesalahan, mengingat tindakan Shaw masuk dalam kategori unsportsmanlike foul.
Pekan kelima: foul yang seharusnya tidak dijatuhi
Dalam pertandingan antara Pacific Caesar Surabaya dan Satria Muda Pertamina Jakarta pada 7 Februari, AJ Bramah dijatuhi foul saat mencoba melakukan vertical jump dalam upaya menghadang tembakan Le'Bryan Nash. Setelah direview, keputusan tersebut dinyatakan sebagai incorrect call karena Bramah masih berada dalam legal guarding position sesuai aturan FIBA OBR 2024.
Pekan ketujuh: kontroversi "15-5=11"
Keputusan wasit dalam laga Satria Muda Pertamina Jakarta melawan Tangerang Hawks Basketball pada 5 Maret di Britama Arena menjadi perbincangan publik.
Saat waktu tersisa 15 detik, Stephaun Branch dari Hawks mengalami tekanan ketat dari Randy Bell dan Abraham Damar Grahita dalam jarak kurang dari satu meter selama lima detik, tanpa bisa melakukan operan atau dribel. Wasit menjatuhkan pelanggaran 5-second violation sehingga penguasaan bola jatuh ke tangan Satria Muda.
Tetapi setelah dilihat dengan seksama, game-clock masih menunjukkan waktu 11 detik. Di mana seharusnya, jika diputuskan Branch melakukan 5 second violation, maka sisa waktu di game-clock semestinya 10 detik, yang kemudian menjadi viral dengan narasi "15-5=11" di media sosial.