Beijing (ANTARA) - Badan Meteorologi China (CMA) mengeluarkan peringatan dini terkait cuaca ekstrem dalam beberapa hari ke depan dengan meminta masyarakat untuk melakukan berbagai persiapan.
Peringatan dini tersebut muncul saat otoritas setempat sedang berupaya mengendalikan gelombang terbaru kasus COVID-19, yang kini telah merambah 19 provinsi.
Mayoritas wilayah China akan mengalami penurunan suhu udara 2-4 derajat Celcius dibandingkan dengan musim dingin biasa, bahkan beberapa wilayah akan memecahkan rekor suhu terendah, kata CMA dikutip media China, Sabtu.
Dua gelombang dingin akan terjadi di beberapa wilayah dengan suhu terendah 8-10 derajat Celcius dan maksimal 16 derajat Celcius.
Hujan salju akan terjadi di wilayah utara, sedangkan hujan deras akan melanda wilayah selatan.
Menurut CMA, China bakal mengalami udara lebih ekstrem dan lebih sering pada musim dingin tahun ini serta akan mengalami La Nina.
Hawa dingin di China pada tahun ini lebih awal, bahkan sejak awal Oktober suhu udara sudah turun di bawah 20 derajat Celcius.
Beijing dan beberapa wilayah di utara dan timur laut diprediksi akan terjadi hujan salju mulai Minggu (7/11) dini hari dengan suhu udara terendah minus 1 derajat Celcius.
Sejak Sabtu pagi, Beijing dilanda kabut tebal yang diikuti hujan dengan intensitas sedang hingga malam hari.
Beberapa sekolah dasar dan menengah di ibu kota China itu diinstruksikan tidak menggelar aktivitas luar ruang sejak Kamis (4/11) karena cuaca buruk.
Otoritas kesehatan China sampai sekarang masih berupaya menanggulangi meluasnya gelombang COVID-19, yang bermula dari Provinsi Gansu dan Daerah Otonomi Mongolia Dalam.
Beberapa fasilitas publik, termasuk rumah ibadah ditutup untuk sementara waktu.
China keluarkan peringatan cuaca ekstrem di tengah COVID-19
Sabtu, 6 November 2021 20:53 WIB
Peringatan dini tersebut muncul saat otoritas setempat sedang berupaya mengendalikan gelombang terbaru kasus COVID-19, yang kini telah merambah 19 provinsi