Beijing (Antara Megapolitan/Reuters) - China meluncurkan kapal induk pertama buatan dalam negeri, Rabu. Kapal induk itu akan bergabung dengan "Liaoning", kapal induk bekas buatan Rusia.
Peluncuran tersebut dilakukan di tengah peningkatan ketegangan di Korea Utara dan kekhawatiran tentang ketegasan Beijing di Laut China Selatan.
Media pemerintah mengutip pakar militer yang mengatakan kalau kapal induk tersebut dirancang di China dan dibangun di pelabuhan Dalian di wilayah timur laut. Diperkirakan kapal induk itu tidak akan bertugas penuh hingga 2020, karena membutuhkan waktu untuk dilengkapi persenjataan.
Kantor berita Xinhua menyampaikan, lambung kapal induk tersebut sudah dibangun sepenuhnya. Kemudian mekanisme pendorong, tenaga dan pranata utama lainnya telah dipasang.
Peluncuran kapal induk itu menunjukkan desain dan konstruksi kapal induk dalam negeri telah mencapai hasil memuaskan selangkah demi selangkah, seperti yang ditulis Xinhua.
Televisi negara menayangkan kapal induk yang dek peluncurannya dipasangi bendera merah, didorong oleh kapal tunda ke tempat belabuh.
Fan Changlong, wakil ketua Komisi Militer Pusat China yang berkuasa, memimpin upacara peluncuran tersebut di mana sebotol sampanye dipecahkan di bagian haluan.
Peluncuran tersebut mengikuti perayaan China pada hari Minggu tanggal 68 ulang tahun berdirinya Angkatan Laut China dan terjadi di tengah ketegangan baru antara Korea Utara dan Amerika Serikat mengenai program nuklir dan rudal Pyongyang.
Kapal induk bertenaga konvensional terbaru itu memiliki bobot 50.000 ton dan dapat mengoperasikan jet tempur Shenyang J-15 milik China.
Angkatan Laut China telah mengambil peran yang semakin menonjol dalam beberapa bulan terakhir, dengan seorang laksamana berkarir cemerlang yang mengambil alih komando, kapal induk pertamanya berlayar mengelilingi Taiwan dan kapal-kapal perang China baru berlayar ke tempat-tempat yang jauh.
Selain itu, China juga telah membangun fasilitas militer seperti landasan pacu di pulau-pulau yang dikuasainya di wilayah tersebut.
Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam juga memiliki klaim penguasaan di Laut China Selatan.