Jakarta (ANTARA) - Lebih dari 150 anak muda di Jakarta teredukasi tentang stunting melalui inisiatif kreatif yang digagas oleh tiga kelompok mahasiswa, yaitu Kawan Bestari, Indonesia Youth Action, dan Futurizzteam.
Mereka menggelar screening film “Indonesia’s Silent Emergency: Stunting in Rural Populations”, produksi MD Entertainment, yang mengupas tuntas permasalahan stunting di Indonesia.
Team Leader Indonesian Youth Action, Yogi Riyanto dalam keterangannya, Senin menyatakan, stunting bisa jadi ancaman besar bagi negara.
“Melalui nobar dan talkshow, masyarakat semakin sadar bahwa stunting di NTT menjadi perhatian penting. Sudah saatnya kita tidak tinggal diam, mengambil kesempatan baik untuk perubahan. Karena kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi?”ungkapnya.
Film ini mengungkap berbagai tantangan yang dihadapi masyarakat pedesaan, khususnya NTT, mulai dari kurangnya akses terhadap makanan bergizi dan layanan kesehatan, hingga kepercayaan pada mitos yang memperburuk kondisi, seperti larangan memakan telur karena takut bayi akan bau.
Screening film ini juga disertai talkshow yang dihadiri oleh berbagai narasumber untuk memperdalam pemahaman peserta.
Stunting menjadi tantangan besar bagi Indonesia, dengan prevalensi yang masih mencapai 21,5 persen pada 2023, berdasarkan data Tim Percepatan Penanggulangan Stunting.
Angka ini menunjukkan perlunya upaya ekstra untuk mencapai target pemerintah, yaitu menurunkan prevalensi stunting hingga 14 persen pada 2024.
Dr. Elsa Fitri Ana, S. Keb, dosen Pendidikan Masyarakat FIP UNJ,dalam salah satu sesi diskusi menjelaskan bahwa stunting bukan sekadar persoalan tinggi badan,tetapi juga berdampak pada kecerdasan, kesehatan, dan beban sosial serta ekonomi bagi masyarakat.
“Jika bayi dan balita kita banyak yang stunting, dampaknya tidak hanya bagi individu, tetapi juga bagi negara secara keseluruhan pada masa depan,” ungkapnya.
Kegiatan ini merupakan bagian dari kampanye sosial #CegahStunting yang didukung oleh 1000 Days Fund, Campaign #ForABetterWorld, Bayu Buana Travel Services, dan Yayasan Dunia Lebih Baik.
Melalui aplikasi Campaign #ForABetterWorld, masyarakat dapat berpartisipasi dalam berbagai challenge seperti “Ayo Bantu Indonesia Bebas Stunting” atau “Aksiku untuk #CegahStunting.”
Dengan menyelesaikan challenge ini, peserta tidak hanya berkontribusi pada edukasi stunting, tetapi juga membantu membuka donasi hingga 30 juta rupiah untuk 1000 Days Fund.
Dana tersebut akan digunakan untuk mendukung berbagai inisiatif melawan stunting, termasuk program di daerah seperti Labuan Bajo.
Kepala Program & Advokasi 1000 Days Fund, Dodi Nuriana, menyampaikan apresiasi atas kreativitas anak muda dalam menyuarakan isu stunting.
“Stunting bukan hanya tentang tinggi badan, namun juga perkembangan otak, kemampuan belajar, dan bahkan mimpi mereka terancam pupus. Ini krisis yang sunyi, tapi nyata, dan kita sangat mengapresiasi aksi serta semangat generasi muda yang tidak hanya peduli, tetapi juga aktif mencari solusi. Kami bahkan akan mengundang penyelenggara terbaik untuk secara langsung berkontribusi serta mendokumentasikan perjuangan melawan stunting di Labuan Bajo,” ujarnya.
Inisiatif ini menegaskan bahwa peran anak muda sangat penting dalam mengatasi stunting. Dengan mengintegrasikan edukasi berbasis film, diskusi, dan challenge berbasis digital, kampanye ini berhasil menjangkau anak muda dengan cara yang relevan, sekaligus menciptakan dampak nyata dalam mendukung upaya pemerintah menurunkan angka stunting di Indonesia.