Jakarta (ANTARA) - Peneliti yang juga Direktur Riset Katadata Insight Center Gundy Cahyadi mengatakan dengan kolaborasi erat pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat, teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) menjadi kekuatan transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Gundy dalam paparan risetnya bertajuk "Kedaulatan AI untuk Memberdayakan Indonesia" yang diterima di Jakarta, Jumat, mengatakan Indonesia dinilai belum optimal dalam pengembangan AI, namun hal itu menjadi peluang karena Indonesia dapat belajar dari negara lain terutama dalam aspek teknologi dan regulasi AI.
"Dengan kolaborasi erat antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat, AI dapat menjadi kekuatan transformasi yang inklusif dan berkelanjutan bagi masa depan bangsa," ujarnya.
Laporan tersebut disusun berdasarkan survei terhadap 1.255 responden serta wawancara mendalam kepada para ahli dan pemangku kepentingan terkait AI di industri.
Dari studi yang dilakukan, kata Gundy, tingkat kesadaran masyarakat Indonesia mengenai AI tergolong tinggi, meskipun pengetahuan tentang teknologi tersebut masih terbatas. Namun di saat yang sama, mayoritas masyarakat menunjukkan optimisme terhadap masa depan AI.
Secara keseluruhan Indonesia memiliki peluang besar untuk memanfaatkan AI, kata Gundy, karena sejumlah faktor seperti populasi usia produktif yang cakap digital, lanskap digital yang dinamis, serta posisi kapasitas ekonomi terbesar di Asia Tenggara.
Berdasarkan laporan itu, Indonesia direkomendasikan untuk segera membangun dan mengembangkan teknologi AI secara mandiri.
Baca juga: Merespons era antiklimaks teknologi raksasa AS
Baca juga: Italia tutup akses ke DeepSeek aplikasi AI asal China karena masalah privasi