Kota Bogor (ANTARA) - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor, Jawa Barat, telah menghadirkan metode pengobatan Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD), bagi pasien gagal ginjal.
Pelayanan ini berhasil dihadirkan berkat Pengampuan Multidisiplin Peritonial Dialisis yang merupakan Program Proctorship CAPD RS Hasan Sadikin, yang berlangsung pada Jumat.
Pj Wali Kota Bogor Hery Antasari di Kota Bogor, Jumat, berharap kehadiran metode CAPD ini m bisa membantu pasien gagal ginjal agar mendapatkan pelayanan dan kualitas hidup yang lebih baik.
“CAPD adalah layanan alternatif untuk pasien gagal ginjal yang tidak menggunakan metode hemodialisa. Pengobatan ini dilakukan melalui alat khusus yang ditempelkan di badan pasien sehingga pasien tidak perlu repot datang ke RS untuk menjalani hemodialisa,” jelasnya.
Baca juga: RSUD Kota Bogor tangani korban tewas tertimpa pohon tumbang
Baca juga: 75 dokter muda Unhan menjalani program klinik di Kota Bogor
Pengembangan CAPD di RSUD Kota Bogor ini pun disyukuri dan amat diapresiasi Hery, agar masyarakat Kota Bogor dan sekitarnya, bisa dengan mudah berobat di RSUD tanpa perlu ke Bandung atau Jakarta untuk mendapatkan layanan ini.
Ia pun memaparkan, pada 2023, gagal ginjal kronis menempati urutan kelima kasus Penyakit Tidak menular (PTM) di Kota Bogor setelah hipertensi, diabetes melitus, jantung, dan stroke.
Dalam tiga tahun terakhir, Hery menyebut, kasus gagal ginjal kronis mengalami peningkatan. Pada 2021 terdapat 1.141 kasus, lalu di 2022 1.408 kasus, dan 2023 terdapat 1.895 kasus.
“Akibatnya, setiap tahun biaya perawatan dan penanganan penyakit ini terus meningkat. Hal ini menciptakan tantangan besar bagi sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN),” ucapnya.
Bersamaan dengan kegiatan ini Pemkot Bogor juga melakukan kegiatan skrining penyakit gagal ginjal pada anak dengan metode carik celup.
Baca juga: Menkes resmikan dua blok gedung baru RSUD Kota Bogor
Kegiatan ini dilaksanakan pada 1.000 siswa kelas 6 SD dari 25 sekolah dasar di wilayah Kota Bogor. Tujuannya yakni untuk mendeteksi secara dini penyakit gagal ginjal sehingga penyakit ini dapat lebih mudah ditangani dan tidak semakin memburuk.
Di lokasi yang sama, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan pengembangan metode pengobatan tersebut memang menjadi komitmen pihaknya dalam mendekatkan akses layanan bagi masyarakat.
“Dengan menjadikan RSUD Kota Bogor sebagai satu rujukan pelayanan penyakit ginjal akan mengurangi beban rujukan RS di Jakarta dan Bandung serta semakin mendekatkan akses masyarakat sehingga tidak mesti menempuh jarak jauh untuk mendapat layanan ini,” ujarnya. (KR-SBN)