Kabupaten Bekasi (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat pada tahun ini membangun sejumlah infrastruktur yang dinilai mampu meminimalisir dampak bencana berdasarkan hasil mitigasi di wilayah itu.
"Hasil mitigasi diperlukan pembangunan kolam retensi, sumur resapan serta peningkatan kualitas drainase yang terintegrasi dengan saluran sungai besar," kata Kepala Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga dan Bina Konstruksi (SDABMBK) Kabupaten Bekasi Henri Lincoln di Cikarang, Minggu.
Dia mengatakan pembangunan infrastruktur tersebut sekaligus menjadi bagian dari peningkatan indikator kinerja utama dalam pengendalian bencana, khususnya banjir dan kekeringan.
"Kami juga terus melakukan normalisasi saluran air sebagai langkah penanganan banjir. Fokus utama kami adalah mitigasi terhadap bencana banjir dan kekeringan di Kabupaten Bekasi," katanya.
Ia menjelaskan sebagian besar dari total 23 kecamatan di daerah itu dilalui aliran sungai kecil maupun besar yang bermuara ke pesisir pantai, seperti Sungai Bekasi-Cikeas, Cibeet-Citarum, Cilemah Abang, Sungai Cikarang Bekasi Laut, Sungai Srengseng Hilir dan Kali Sadang.
Pembangunan infrastruktur pengendali bencana itu juga sejalan dengan program 100 hari kerja Bupati dan Wakil Bupati Bekasi karena dinilai cukup efektif untuk menangani kondisi kedaruratan bencana.
"Tahun depan kami akan fokus pada penguatan sistem irigasi dan pengendalian banjir serta kekeringan," ucap dia.
Kepala Bidang Pengelolaan Sumber Daya Air pada Dinas SDABMBK Kabupaten Bekasi Agung Mulya menyatakan pihaknya terus melakukan kajian dan perencanaan menyeluruh berdasarkan karakteristik daerah dalam menghadapi potensi banjir lokal, kawasan maupun wilayah.
"Pengendalian banjir lokal difokuskan pada lingkungan permukiman dengan membangun drainase vertikal atau sumur resapan. Cara ini mampu mempercepat peresapan air hujan ke tanah dan mengurangi genangan," katanya.
Ia juga menekankan penting integrasi sistem drainase di wilayah permukiman dengan sungai besar agar selokan dapat mengalirkan air dengan baik, terutama saat musim hujan.
"Pesat pertumbuhan penduduk mengakibatkan area resapan air berkurang. Oleh karena itu, kami membangun sumur resapan di beberapa wilayah dan mendorong kesadaran masyarakat agar memperhatikan serapan air di lingkungan tempat tinggal," katanya.
Agung menambahkan pembangunan kolam retensi dioptimalkan di wilayah selatan sebagai tempat penampungan air sementara sebelum dialirkan ke saluran pembuang. Selain itu, perbaikan tanggul kritis juga menjadi prioritas.
"Tahun ini kami juga melakukan perbaikan di sejumlah titik tanggul kritis. Kami memiliki delapan unit pompa air berkapasitas besar yang bisa dimanfaatkan masyarakat untuk menyedot air ke saluran pembuang dalam kondisi banjir maupun kekeringan," kata dia.