Bandarlampung (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Bandarlampung berharap ke depan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dapat menyasar balita gizi buruk sehingga secara tidak langsung akan mengurangi angka stunting.
"Saya berharap program MBG tersebut menyasar kepada balita yang masuk kategori gizi buruk," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandarlampung Muhtadi Arsyad Tumenggung di Bandarlampung, Jumat.
Dia mengatakan bahwa untuk program MBG di sekolah sudah jelas terdata oleh Dinas Pendidikan sebagai penerima manfaat, namun masyarakat yang berada di bawah usia sekolah belum tentu tercatat.
"Maka dari itu tinggal bagaimana program balita juga dapat jadi sasaran program ini. Harapannya tentu hal itu dapat mempengaruhi gizi anak-anak sebagai generasi penerus bangsa," kata dia.
Baca juga: Peran puskesmas di Lampung diperkuat atasi persebaran ISPA
Baca juga: Program CKG sekolah di Lampung sasar 300 ribu siswa
Menurut dia, masalah stunting ataupun gizi buruk tidak bisa ditangani hanya melalui Dinas Kesehatan saja namun perlu kerja sama semua pihak.
"Tentu awal-awal harus mencari penyebab kenapa terjadi stunting. Apa penyebabnya selain pengetahuan, salah satunya karena pendapatan keluarga. Jadi pengentasan stunting ini bukan tanggung jawab dinas kesehatan saja, tetapi ada dinas-dinas lain," kata dia.
Menurut dia, Dinas Kesehatan hanya menangani terkait kesehatan atau gizi balita yang mengalami gizi buruk. Namun untuk hal lainnya seperti lingkungan dan ekonomi keluarga yang bersangkutan ini tugas dari dinas lain.
"Jadi kami memberikan perhatian kepada kesehatan dari bayi yang stunting saja. Lalu bagaimana perekonomian keluarganya, ini juga harus berjalan, bisa saja dengan pemberian pinjaman modal usaha lalu diberikan dilakukan pendampingan terhadap usahanya," kata dia.
Baca juga: Dinkes Lampung Selatan libatkan warga dalam upaya kendalikan kasus DBD
Sehingga, lanjut dia, ke depan perekonomian keluarga tersebut dapat bertambah. Tentunya dengan bertambahnya perekonomian hal itu dapat mempengaruhi biaya hidup rumah tangga.
"Sehingga dengan biaya makan yang dikeluarkan bertambah ini akan mempengaruhi status gizi balita," kata dia.
Namun begitu, lanjut dia, tidak semua anak-anak yang mengalami stunting itu berasal dari keluarga yang kurang mampu dan lingkungan yang kumuh.
"Ada juga keluarga menengah ke atas bayinya mengalami stunting. Kalau hal ini biasanya kami memberikan edukasi terhadap keluarga tersebut," kata dia.
