Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Ilmu Urologi Fakultas Kedokteran UI Prof. dr. Ponco Birowo, SpU (K), PhD menyebutkan ada dua tiga jenis disfungsi ereksi yang dapat diderita seseorang, yakni disfungsi organik, psikogenik, dan campuran keduanya.
Ponco di Jakarta, Rabu, mengatakan, disfungsi ereksi organik merupakan penyakit sistemik atau cacat organik yang mempengaruhi fungsi ereksi penis, seperti diabetes, penyakit jantung, hipertensi, dan penyakit neurologis, termasuk karena masalah hormon dan trauma atau cedera fisik.
Disfungsi ereksi psikogenik terjadi karena masalah psikologis, seperti kecemasan, depresi, atau trauma psikologis, sedangkan disfungsi ereksi campuran merupakan disfungsi ereksi yang disebabkan karena campuran dari masalah psikogenik dan organik.
"Pengobatan secara bertahap, membutuhkan waktu dan tidak dapat diselesaikan secara instan," kata Ponco.
Pertama, seorang pasien disfungsi ereksi perlu didiagnosis terlebih dahulu untuk menentukan jenis disfungsi ereksi yang diderita. Selanjutnya, pasien akan mendapat pengobatan untuk disfungsi ereksi dapat diberikan obat-obatan. Jika obat-obatan tidak dapat menyembuhkan, penanganan pasien dapat berlanjut ke tahap operasi.
Berdasarkan Jurnal Ilmiah Departemen Urologi Fakultas Kedokteran UI yang terbit pada 2019, dari total 255 responden yang mengisi survei, 35,6 persen di antaranya mengalami disfungsi ereksi atau sebesar 92 responden. Oleh karena itu, penyakit disfungsi ereksi dan gangguan kesuburan pria tidak bisa dianggap remeh.
Kebiasaan hidup tidak sehat, obesitas, hipertensi, dan kebiasaan merokok menjadi beberapa faktor yang dapat mengakibatkan seseorang mengalami disfungsi ereksi.
Umumnya pria sehat mengalami tiga hingga enam ereksi setiap malam.Ereksi pada malam hari adalah metode tubuh untuk menjaga jaringan di dalam penis tetap sehat karena penis adalah bagian tubuh yang memiliki kulit tetapi tidak memiliki otot di bawah kulit.
Ini penyebab dan cara mengobati disfungsi ereksi
Rabu, 17 Mei 2023 13:15 WIB