Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan mencanangkan Bulan Cinta Laut (BCL) sebagai suatu gerakan nasional, sekaligus merupakan implementasi program ekonomi biru (blue economy) tersebut dirancang sebagai salah satu strategi memulihkan kesehatan laut dari dampak negatif sampah plastik di laut.
Demikian disampaikan Kepala Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (LPSPL) Serang Syarif Iwan Taruna Al Kadrie dalam keterangannya, Sabtu.
"BCL ini adalah gerakan masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan dalam upaya menjaga kelestarian ruang laut. Misalnya dari pencemaran sampah plastik," ujar Iwan.
"Jadi inti BCL itu bagaimana mengubah mindset terhadap pemanfaatan ruang laut yang berbasis pelestarian lingkungan," lanjut Iwan sembari menambahkan kalau tajuk dari BCL adalah “Laut Sehat, Indonesia Sejahtera” .
Merujuk visi Kementerian Keluatan dan Perikanan (KKP), pemerintah menargetkan pada 2025 mendatang sekitar 70 persen sampah laut bisa terurai atau berkurang.
Di tahun ini, Gerakan Nasional Bulan Cinta Laut telah dilaksanakan di 14 lokasi yang tersebar dari Aceh hingga Papua secara serentak, yaitu Banda Aceh, Medan, Padang, Tanjung Pinang, Kubu Raya, Serang, Cirebon, Cilacap, Manado, Bali, Kendari, Sorong, dan Merauke. Dengan keterlibatan 1.477 nelayan di sepanjang bulan Oktober ini, kegiatan ini telah berhasil membersihkan laut dari 67,34 ton sampah (Per 26/10/2022).
"Khusus di kawasan Serang sendiri, lebih dari 3,8 ton sampah yang dikumpulkan nelayan," jelas Iwan.
Dijelaskan Iwan, dalam program BCL, masyarakat nelayan lokal diajak untuk terlibat dan ikut serta menjaga kebersihan laut dengan mengumpulkan sampah di laut selama satu bulan. Sampah yang didapat akan dihargai setara dengan harga per kilogram ikan terendah di daerah masing-masing.
Pada pelaksanaan Bulan Cinta Laut di Bangka Belitung (20/10), Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono meninjau langsung aktifitas bersih pantai dan laut yang dilakukan oleh nelayan dan masyarakat pesisir dan mengapresiasi Gerakan Nasional Bulan Cinta Laut.
Iwan memaparkan kalau keterlibatan nelayan sebagai garda terdepan penjaga kesehatan laut menjadi kunci utama. Pasalnya, tanggung jawab dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat yang lebih luas mengenai pentingnya peran laut bagi manusia tak lepas dari peran banyak pihak.
"Pemerintah daerah, mitra, pengusaha dalam melaksanakan edukasi, mengupayakan pencegahan, pengelolaan, dan pengendalian sampah plastik, serta menciptakan inovasi dalam pengelolaan sampah plastik yang berkelanjutan," tutup Iwan.
Senada, Kepala Balai Besar Pengujian Penerapan Produk Kelautan dan Perikanan, Trisna Ningsih menjelaskan jika dalam konteks BCL, pihaknya berfokus pada edukasi dan sosialisasi seputar pelestarian ruang laut dari sisi hilir.
"Bentuk konkretnya kami terus mensosialisasikan hasil inovasi KKP yang ramah lingkungan, inovasi yang kedepannya diharapkan menjadi alternatif menggantikan produk non ramah lingkungan seperti plastik, sedotan, dan lainnya," lanjut Trisna.
Dia mengungkapkan kalau kampanye penggunaan barang-barang semisal kemasan ramah lingkungan, harus terus digencarkan. Maka dari itu, KKP secara masif berkolaborasi dengan para pihak terkait untuk merealisasikannya.
"Misal kami memiliki produk tas plastik berbahan rumput laut. Inovasi seperti ini tentunya diharapkan bisa membantu lautan yang bersih dan sehat," jelas dia.
Trisna berharap selain memberikan dampak pada peningkatan kesadaran masyarakat nelayan, peningkatan kesehatan laut dan keberlanjutan ekologinya, Gernas BCL juga memberikan nilai ekonomis bagi masyarakat nelayan melalui kompensasi yang diberikan melalui program Bank Sampah.
Kepala LPSPL Serang: BCL momentum mengubah mindset pemanfaatan laut
Sabtu, 29 Oktober 2022 12:40 WIB
BCL ini adalah gerakan masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan dalam upaya menjaga kelestarian ruang laut. Misalnya dari pencemaran sampah plastik.