Karawang (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Karawang, Jawa Barat aja terus mengejar produksi walaupun saat ini catatan pencapaian produksi padi di daerah tersebut hingga triwulan pertama tahun 2025 masih rendah.
Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Karawang, Mahmud, di Karawang, Kamis mengatakan, per triwulan pertama tahun ini produksi gabah kering panen di Karawang baru mencapai 337.536 ton.
Ia mengatakan, capaian produksi itu masih rendah dan jauh dari target produksi padi dalam setahun ini sebanyak 1.337.324 ton.
Meski realisasinya masih jauh, ia mengaku optimistis target produksi padi akan tercapai hingga akhir tahun, karena masih banyak areal sawah di wilayah Karawang yang belum panen.
Baca juga: Produksi padi di Karawang hingga Agustus 2024 baru mencapai 715.923 ton
Baca juga: Produksi padi di Karawang kini kembali normal setelah sempat turun akibat hama
Serangan organisme pengganggu tanaman atau hama menjadi tantangan tersendiri dalam mencapai target produksi padi.
Hama tikus dan hama wereng dikabarkan menyerang areal sawah di sejumlah daerah sekitar Karawang.
Sementara itu, untuk mengejar target produksi padi pada tahun ini, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Setempat menyiapkan penggunaan varietas padi genkah seperti M70D yang bisa dipanen hanya dalam waktu 70 hari. Namun memang kualitasnya masih di bawah varietas unggulan seperti Ciherang dan Inpari.
"Faktor cuaca, ketersediaan air, dan pengendalian hama sangat menentukan dalam produksi padi ini," katanya.
Baca juga: 10 hektare areal sawah di Karawang jadi sasaran pengembangan IP Padi 400
Sesuai dengan data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Karawang, target produksi padi di Karawang pada tahun ini sebenarnya turun dibandingkan capaian produksi padi tahun lalu.
Pada tahun lalu, realisasi produksi padi di Karawang mencapai 1.376.356 ton gabah kering panen. Namun, tahun ini targetnya diturunkan menjadi 1.337.324 ton gabah kering panen.
Penurunan target produksi pada tahun ini terjadi karena pada tahun lalu terjadi penurunan produksi sekitar 10 ribu ton.
Kondisi itu terjadi akibat El Nino dan serangan berbagai jenis organisme pengganggu tanaman. (KR-MAK)
