Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyatakan bahwa para guru bahasa daerah, khususnya yang ada di wilayah provinsi setempat merupakan ujung tombak pembangunan karakter dan pelestarian budaya bagi para siswa.
Dalam keterangan tertulis yang diterima di Kota Malang, Jawa Timur, Selasa, Khofifah mengatakan bahwa guru bahasa daerah harus mampu mengajarkan karakter penuh kearifan di tengah gencarnya arus teknologi digital yang menggerus berbagai kearifan lokal.
"Guru bahasa tidak sekedar transfer of knowledge, tapi harus bisa transfer of attitute, juga transfer of value," kata Khofifah dalam Kegiatan Peningkatan Kompetensi Guru Bahasa Daerah Jenjang SMA Tingkat Provinsi Jatim Tahun 2023.
Khofifah menjelaskan pengaruh teknologi digital yang berkembang saat ini sedikit banyak memberikan dampak kepada generasi muda, seperti cara berbicara untuk menyampaikan pesan dengan sosok yang lebih tua kurang terjaga.
Baca juga: Gubernur Khofifah siap beri sanksi bagi ASN bolos usai libur Idul Adha 1444 H
Menurutnya, peranan para guru, khususnya bahasa daerah tersebut, harus mampu menguatkan pembangunan karakter tentang bagaimana tata krama yang harus dijaga oleh generasi muda dalam menyampaikan pesan kepada sosok yang lebih tua.
"Seperti cara berbicara atau menyampaikan pesan dengan sosok yang lebih tua, seumuran, dan yang lebih muda. Ada tata krama yang harus dijaga," katanya.
Ia menambahkan langkah untuk transfer of attitute merupakan ruh dari semua keilmuan. Karena tingginya ilmu tanpa diikuti perilaku dan sikap yang baik akan menurunkan derajat keilmuan itu sendiri.
Pelajaran bahasa daerah memang masuk dalam kategori muatan lokal. Namun, bahasa daerah dinilai mampu mengajarkan nilai dan norma kehidupan sosial, sampai norma kehidupan kebangsaan dan tata krama nasional.
Baca juga: Gubernur Jatim usulkan pengangkatan 6.141 guru PPPK kepada Menpan RB
Ia menambahkan tuntutan bersikap sopan santun ada pada akar budaya dan diekspresikan melalui pelajaran bahasa dan budaya daerah. Salah satu hal yang menjadi fokus saat ini adalah komunikasi antara guru dan murid yang dibangun setara, tetapi harus tetap menjaga sopan santun.
"Guru harusnya menjadi panutan dan teladan dan memberikan contoh karakter yang baik. Guru harus menjadi sosok yang siap untuk digugu (dipercaya) dan ditiru," ujar Khofifah
Oleh karena itu, Khofifah meminta ada satu hari dalam seminggu untuk berpakaian dan berbahasa daerah. Sebab, bahasa dan budaya adalah dua unsur interaksi sosial yang harus dijaga kelestariannya.
Khofifah berharap para guru selain mendidik anak-anak untuk cakap berbahasa daerah, juga mampu membuat mereka memahami akar budaya dan nilai-nilai sosial budaya serta kearifan masing-masing daerah.
"Mari kita pahami semua produk budayanya. Terutama tata krama dan sopan santun yang menjadi bagian penting sebagai representasi budaya Jawa Timur," ujarnya.
Baca juga: Khofifah tekankan pendidikan relevan dengan zaman
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Aries Agung Paewai mengatakan kegiatan ini bertujuan agar para guru bisa menguasai bahasa daerah serta mengajarkan nilai, sikap dan perilaku. Sekaligus untuk mengembangkan kompetensi guru yang lebih profesional.
"Jika setiap guru bisa menguasai bahasa daerah, saya yakin para siswa bisa menjaga nilai sikap, sikap dan bisa mengembangkan bahasa daerah," ujarnya.
Peran guru daerah di sekolah, lanjutnya, menjadi pendorong budaya daerah dan budaya lokal sesuai metode yang diharapkan. Ke depan, guru bahasa daerah haruslah kreatif di dalam menyampaikan metode pembelajaran.
"Guru bahasa daerah harus kreatif, terutama dalam proses pembelajarannya. Kita berharap siswa-siswi kita bisa mengamalkan budaya sosio kultural yang saat ini mulai tergerus budaya asing," ujar Aries.
Khofifah sebut guru bahasa daerah ujung tombak pembangunan karakter dan pelestarian budaya
Selasa, 11 Juli 2023 13:44 WIB