Jayapura (ANTARA) - Dalam melistriki Tanah Papua dibutuhkan inovasi dan kreativitas karena medan yang sangat berat serta kondisi geografis sulit sehingga harus ada hal-hal baru untuk menyolusikannya.
Kondisi itu diceritakan oleh Manager Unit Pelaksanaan Proyek Ketenagalistrikan Provinsi Papua Selatan Deskiniel, pria yang telah bekerja 11 tahun di PLN.
Contohnya, Deskiniel pada 2018 bersama lima orang ditugaskan untuk melistriki Desa Suw Damban, Distrik Borme Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua Pegunungan.
Untuk menuju ke desa tersebut harus menggunakan pesawat perintis, kemudian dilanjutkan berjalan kaki dalam kondisi medan yang mengharuskan tim naik turun gunung selama sembilan jam.
Dari hasil survei, daerah tersebut ternyata bisa diupayakan untuk memperoleh layanan listrik menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Piko Hidro (PLTPH).
Pembangunan PLTPH tersebut membutuhkan waktu selama satu bulan. Pengerjaannya tidak hanya dari jajaran PLN, tapi juga bersama pemerintah serta masyarakat setempat.
PLTPH ini hanya memiliki daya 1.000 Watt untuk melistriki 22 rumah sehingga satu rumah hanya bisa memasang satu lampu saja.
Deskiniel berpikir jika penduduk yang tinggal di atas gunung hanya 20 rumah maka PLN tidak bisa hanya menggunakan cara konvensional untuk melistriki Tanah Papua.
“Pasti membutuhkan waktu 20 tahun lagi dengan biaya investasi yang dikeluarkan Rp200 juta per pelanggan,” ujar Deskiniel yang kini telah bertugas di Merauke.
Hingga kini masih ada 370.000 desa yang belum terlistriki.
Untuk melistriki berbagai daerah di Papua, PLN gencar menghadirkan superSUN, pembangkit listrik tenaga surya dengan harga terjangkau.
Dengan menggunakan tenaga matahari maka sangat cocok untuk melistriki desa di wilayah terdepan, terluar dan tertinggal (3T) di Papua Pegunungan .
Berkat kerja sama dengan Pemerintah Daerah serta Pusat, pada Desember 2024, PLN berhasil melistriki 49 rumah di Distrik Borme, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan.
Penggunaan pembangkit listrik hijau adalah langkah penting menuju masa depan energi yang lebih bersih, berkelanjutan dan aman.
Kini jenis Pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) yang sudah dibangun di Tanah Papua yakni Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga MikroHidro (PLTMH) dan SuperSUN merupakan pembangkit listrik tenaga surya mikro yang dilengkapi dengan baterai.
Berdasarkan data hingga Maret 2025 secara keseluruhan PLN telah menghadirkan listrik kepada 893.007 pelanggan di Tanah Papua. Saat ini, PLN juga mampu memasok daya sebesar 495,8 MW dengan kebutuhan listrik seluruh pelanggan di Tanah Papua mencapai 338,6 MW.
Akademisi Uncen Kurniawan Patma mengatakan langkah PLN menghadirkan energi listrik di wilayah 3T di Tanah Papua, bukan sekadar inovasi teknis, tetapi sebuah lompatan strategis dalam mempercepat pembangunan ekonomi yang berkeadilan.
Ke depan, keberadaan listrik ini harus diikuti dengan kolaborasi lintas sektor. Pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat perlu bergerak bersama memanfaatkan energi ini untuk membangun sentra ekonomi desa, UMKM berbasis lokalitas, serta mendukung sistem pendidikan dan kesehatan yang lebih modern dan inklusif.
Baca juga: Dua keluarga di Kaimana Papua Barat terima donasi pemasangan meteran listrik gratis
Baca juga: Setelah listrik menyala 24 jam di Pulau Numfor