Jakarta (ANTARA) - Aksi serangan pasukan AS pada 2 Januari 2020 yang menewaskan Kepala Pasukan Pengawal Revolusi Islam Iran Qods Mayor Jenderal Qassem Soleimani. Serangan tersebut juga menewaskan pendiri milisi Irak pro-Iran Kata'ib Hezbollah Abu Mahdi Al Muhandis akan meningkatkan tensi konflik antara AS dengan Iran.
Serangan ini diduga sebagai bentuk balasan atas penyerbuan Kedutaan Besar AS di Baghdad pada 31 Desember, yang dipimpin oleh Kata'ib Hezbollah dan para pejuang milisi yang didukung Iran. Departemen Pertahanan Amerika Serikat mengkonfirmasi bahwa serangan pesawat tak berawak untuk membunuh Soleimani dilakukan atas arahan Presiden sebagai tindakan defensif untuk melindungi personel AS di luar negeri.
Qaseem Soleimani selama ini mempunyai peran penting dalam memerangi teroris di Suriah dan Irak. Soleimani mampu mengorganisir perlawanan terhadap ISIS dan Al Qaeda sebelum adanya koalisi internasional bentukan AS. Kematian Soleimani ini membawa angin segar bagi ISIS dan Al Qaeda sekaligus menjadi alarm bahaya bagi keamanan global.
Peristiwa tersebut diperkirakan akan berdampak tidak hanya balasan dari Irak saja namun juga memicu bergeraknya kelompok Houthi di Yaman, milisi di Suriah, dan Hizbullah Libanon. Iran diperkirakan akan menggalang dan memobilisasi kelompok Syiah pro-Iran yang milisi Kata'ib Hezbollah untuk membalas serangan dari AS.
Kemungkinan lain yang bisa dilakukan oleh Iran adalah menggunakan jaringan sekutu dan proxynya di luar Iran untuk melakukan aksi balasan kepada AS. Serangan seperti yang terjadi kepada instalasi minyak di Saudi harus diwaspadai terutama terhadap instalasi minyak yang berkaitan atau bekerja sama dengan AS. Konflik AS dengan Iran diprediksi akan semakin meluas, tidak hanya di Timur Tengah tetapi di wilayah lain dimana Iran mempunyai jaringan dan proxy dan ada target yang berkaitan dengan AS.
Indonesia sebagai negara yang beberapa kali menjadi korban teror oleh kelompok radikal yang menjadi bagian dari kelompok transnasional harus waspada. Kematian Qaseem Soleimani menjadi angin segar bagi kelompok ISIS di Timur Tengah yang selama ini mendapat perlawanan kuat dari pasukan Qaseem Soleimani.
Angin segar ini bisa membangkitkan kekuatan ISIS di Timur Tengah dan simpatisannya di daerah lain termasuk Indonesia. Jika ini benar terjadi maka dengan adanya energi baru bagi ISIS, Indonesia patut waspada. Dampak keamanan global yang terganggu atas kasus serangan AS kepada Iran ini tidak bisa disepelekan oleh Indonesia. (5/*).
*) Stanislaus Riyanta, Pengamat Terorisme.
Aksi Pembunuhan Qaseem Soleimani Oleh AS Dan Dampak Bagi Indonesia
Sabtu, 4 Januari 2020 21:00 WIB
Dampak keamanan global yang terganggu atas kasus serangan AS kepada Iran ini tidak bisa disepelekan oleh Indonesia.