Subang (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Subang, Jawa Barat, menyerahkan ratusan sertifikat Surat Tanda Daftar Budidaya kepada para petani kopi sebagai langkah awal dalam memperbaiki kualitas produksi kopi dari Subang.
"Para petani yang menerima sertifikat tersebut adalah petani kopi di Kecamatan Cisalak dan Ciater," kata Penjabat Bupati Subang Imran, di Subang, Jumat.
Sesuai dengan data Dinas Pertanian Subang, pada awal tahun ini ada sebanyak 500 sertifikat Surat Tanda Daftar Budidaya yang diserahkan kepada para petani kopi yang menggarap areal perkebunan kopi seluas sekitar 230 hektare.
Imran menyampaikan bahwa penyerahan Surat Tanda Daftar Budidaya itu merupakan langkah awal yang penting dalam upaya memperbaiki kualitas kopi yang dihasilkan para petani Subang.
Surat Tanda Daftar Budidaya merupakan dokumen yang melegalkan kegiatan budidaya dan memberikan berbagai manfaat kepada petani.
Di antara manfaat memiliki Surat Tanda Daftar Budidaya ialah mendapat akses terhadap program bantuan pemerintah, seperti penyaluran bibit, peremajaan, dan pemasaran.
Surat Tanda Daftar Budidaya ini berlaku selama usaha budidaya tanaman perkebunan masih dilaksanakan dan tidak ada perubahan dalam spesifikasi usaha yang dilaksanakan.
Menurut dia, Indonesia merupakan penghasil kopi terbesar di dunia, tetapi harga jual dan kualitas kopi Indonesia masih kalah dari Vietnam, Jamaica, dan Brazil.
Disebutkan bahwa Indonesia saat ini adalah penghasil kopi nomor satu di dunia. Namun harga kopi Indonesia di pasar internasional masih kalah di bawah Vietnam, Jamaica, dan Brazil.
"Di antara penyebabnya adalah kualitasnya. Seperti kopi Jamaica itu harganya bisa sepuluh kali lipat dari kopi Indonesia. Kita tidak bisa mempertahankan rasa kopi, jadi rasa khas kopi itu tidak bisa kita pertahankan," katanya.
Imran berharap ke depannya ada sentra kopi atau pusat lelang kopi di wilayah Subang. Sehingga kopi yang diproduksi para petani Subang dapat terkontrol harganya.
"Harapannya jangan sampai kopi kita dilelang di tempat lain. Karena kita tidak bisa mengontrol harganya. Kalau dilelang di tempat sendiri, kita bisa langsung dapat mengontrol harganya, tidak dipermainkan oleh tengkulak," katanya.