Moskow (ANTARA) - Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) akan mendesak Inggris untuk meningkatkan anggaran pertahanan udara dan rudal, menurut laporan surat kabar Times dengan mengutip sejumlah sumber.
Pemberitaan itu melaporkan bahwa desakan itu dilakukan di tengah kekhawatiran bahwa militer Inggris tidak akan mampu menghalau serangan terhadap kota-kota dan pos-pos terdepan dalam waktu15 tahun.
Menurut publikasi tersebut, NATO diperkirakan akan secara resmi meminta hal itu ke Inggris pada 2025, ketika aliansi tersebut akan memberikan persyaratan terbaru untuk angkatan bersenjata kepada anggotanya.
NATO juga akan menjelaskan di mana mereka perlu memprioritaskan pekerjaan untuk memperkuat pertahanan kolektif aliansi tersebut.
Seperti yang dikatakan sumber militer kepada surat kabar tersebut, sejumlah anggota NATO baru-baru ini menyatakan kekecewaannya karena London tidak berbuat cukup banyak untuk melindungi Eropa dari rudal jarak jauh.
Rancangan rencana NATO yang disebut "Capability Target 2025" akan meningkatkan kebutuhan Inggris untuk berinvestasi dalam sistem pertahanan udara berbasis darat, serta dalam rangka melindungi infrastruktur nasional yang penting seperti pembangkit listrik tenaga nuklir dan pangkalan militer, kata surat kabar itu.
Sumber-sumber pertahanan senior telah memperingatkan bahwa Inggris "saat ini berada dalam bahaya" dan bahwa dalam waktu 15 tahun sebuah rudal balistik "akan mampu menyerang Inggris dari mana saja di dunia," katanya.
Sebuah komisi independen yang dipimpin oleh mantan Sekretaris Jenderal NATO George Robertson dan mantan kepala Komando Pasukan Gabungan Inggris Richard Barrons, yang mengerjakan Tinjauan Pertahanan Strategis, diperkirakan akan fokus pada kebutuhan akan investasi baru, katanya.
Para ahli mengatakan kepada surat kabar tersebut bahwa Inggris telah gagal berinvestasi dalam sistem pertahanan rudal selama beberapa dekade.
Times telah mewawancarai sekitar selusin pakar militer dan pertahanan yang menggambarkan meningkatnya ancaman terhadap Inggris dan instalasi militernya di luar negeri seiring kemajuan beberapa negara dalam pengembangan rudal balistik.
Jadi, menurut sumber surat kabar tersebut, kapal-kapal Inggris bisa diserang oleh rudal balistik yang berjenis lebih modern jika berada di tangan sejumlah pihak seperti kelompok Houthi Yaman.
Selain itu, pangkalan dan fasilitas intelijen Inggris di luar negeri, termasuk di Siprus, terancam oleh "pelaku non-negara dan teroris," papar publikasi tersebut.
Perlu dicatat juga bahwa kelompok-kelompok di negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara yang dilanda perang, misalnya di Libya, berpotensi menyerang London jika mereka menerima rudal jarak jauh.
Seperti yang diungkapkan sumber dalam militer kepada surat kabar tersebut, Angkatan Laut Inggris bersikeras bahwa pemerintah, sebagai bagian dari tinjauan pertahanan strategis, menyetujui pendanaan untuk penggantian kapal perusak guna melindungi Inggris dari serangan yang menggunakan rudal balistik.
Menurut sumber tersebut, Inggris hanya menghabiskan 1,6 persen Produk Domestik Bruto (PDB) untuk pertahanan konvensional, tidak termasuk hal wajib seperti program pencegahan nuklir.
Sumber: Sputnik-OANA