Manokwari (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Manokwari, Papua Barat merumuskan city branding pariwisata berbasis potensi lokal sebagai bagian dari strategi pengelolaan kawasan strategis pariwisata di wilayah laut dan pesisir pantai.
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Manokwari Immanuel Pangaribuan di Manokwari, Rabu mengatakan, perumusan city branding dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan komunitas dan pelaku usaha pariwisata agar menghasilkan konsep yang aplikatif dan inovatif.
“Melalui lokakarya pengelolaan kawasan strategis pariwisata ini, kami melibatkan masyarakat dan pelaku usaha untuk merumuskan pengelolaan kawasan wisata yang dapat menjadi ikon Kabupaten Manokwari,” katanya.
Baca juga: Pengelola wisata di Purwakarta siapkan paket Natal dan tahun aruIa menjelaskan, pemerintah daerah perlu memetakan secara jelas potensi wisata yang dimiliki Manokwari, serta menyusun strategi pengembangan yang melibatkan masyarakat lokal dan pelaku usaha pariwisata.
Menurut Immanuel, city branding menjadi penting karena akan menjadi identitas pariwisata Manokwari sekaligus bahan kampanye wisata di tingkat nasional maupun internasional.
Ia mencontohkan beberapa daerah yang telah memiliki city branding kuat sebagai referensi pengembangan pariwisata daerah seperti Kabupaten Kaimana yang sudah dikenal dengan city branding Kota Senja.
Baca juga: Medsos referensi utama informasi liburan
“Tahun ini Pemkab Manokwari telah menetapkan Perda Nomor 7 Tahun 2025 tentang City Branding Manokwari. Nah sekarang kita berupaya merumuskan ikon atau branding yang paling sesuai untuk Manokwari,” katanya.
Bupati Manokwari Hermus Indou mengatakan, Kabupaten Manokwari memiliki kekayaan alam dan budaya yang menjadi modal besar dalam pengembangan sektor pariwisata, mulai dari keindahan pantai, pegunungan, hutan, hingga keberagaman budaya masyarakat adat.
Namun, menurut dia, potensi tersebut belum sepenuhnya dikelola secara optimal sehingga membutuhkan perencanaan yang komprehensif dan berkelanjutan.
“Oleh karena itu, lokakarya ini menjadi wadah untuk berdiskusi, bertukar pikiran, dan merumuskan solusi terbaik dalam pengelolaan kawasan strategis pariwisata di Kabupaten Manokwari,” katanya.
Baca juga: Kemenpar teruskan program flagship di tahun 2026
Ia menekankan, pengembangan pariwisata tidak hanya berorientasi pada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan, tetapi juga pada pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal.
Pengembangan pariwisata harus dilakukan secara terencana dan terintegrasi dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah daerah, masyarakat lokal, pelaku usaha pariwisata, akademisi hingga media.
Ia menambahkan, prinsip pariwisata berkelanjutan harus menjadi dasar pengembangan kawasan wisata agar keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan tetap terjaga.
“City branding pariwisata Manokwari diharapkan tidak hanya memperkuat identitas daerah, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi masyarakat,” katanya.
