Jakarta (Antaranews Megapolitan) - Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Singapura Ngurah Swajaya menawarkan investor Singapura untuk berinvestasi di Kawasan Perdagangan Bebas yang dikelola Badan Pengelola (BP) Tanjung Pinang.
Berdasarkan keterangan tertulis di Jakarta, Selasa, sebanyak 50 investor dan pelaku usaha asal Singapura hadir pada kegiatan "Tanjung Pinang Investment Forum 2018" yang diadakan di Hotel Pan Pacific Singapura.
Kegiatan tersebut merupakan kerja sama antara KBRI Singapura dan BP Tanjung Pinang, yang secara khusus menawarkan paket investasi di Kawasan Perdagangan Bebas atau "Free Trade Zone" (FTZ) Tanjung Pinang, Pulau Bintan.
"Ada dua FTZ yang kami tawarkan ke investor Singapura, yaitu, FTZ Dompak dan FTZ Senggarang," kata Kepala BP Tanjung Pinang Den Yealta.
Untuk kawasan FTZ Dompak fokus pada pengembangan klaster industri halal dan industri komestik seluas 100 hektare dan memiliki nilai 115 juta dolar AS.
Sementara untuk FTZ Senggarang sudah dipersiapkan lahan seluas sekitar 25 hektare dengan nilai 12 juta dolar AS. "Rencananya kawasan ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan resort bagi pensiunan asal Singapura dan China," ujar Yealta.
Sementara itu Dubes RI Singapura, Ngurah Swajaya, juga meyakinkan investor asal Singapura bahwa FTZ yang dikelola BP Tanjung Pinang merupakan bagian dari kerangka kerja sama atau working group (WG) Batam, Bintan, Karimun (BBK) RI-Singapura.
"Kerja sama investasi BBK merupakan prioritas bagi kedua negara, dan kawasan BBK ini memiliki nilai strategis yang sangat tinggi, karena letak geografisnya yang berada antara Singapura dan Malaysia, serta dekat dengan 'hub' lalu lintas udara dan laut," ujar dia.
Selain itu, seiring dengan berlanjutnya ketidakpastian kondisi bisnis dunia akibat perang dagang antara China dan AS, kawasan industri BBK, khususnya Tanjung Pinang, harus siap mengantisipasi tren relokasi kawasan industri baik dari China, Taiwan, dan Asia Timur lainnya, ke Batam, Bintan dan Karimun, khususnya Tanjung Pinang.
Peluang lainnya adalah, lanjut dia, menjadikan Tanjung Pinang sebagai basis produksi untuk pasar ASEAN yang berpenduduk 630 juta jiwa, serta mengantisipasi penyelesaian perundingan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) pada tahun 2019 sebagai kerja sama ekonomi komprehensif terbesar di dunia.
"Kami berharap pengembangan kawasan residensial ini dapat terintegrasi dengan pengembangan rumah sakit, fasilitas medis, riset dan pendidikan terpadu," ujar dia.***3***