Bogor (Antaranews Megapolitan) - Synodontis eupterus adalah ikan hias air tawar yang berasal dari sungai Niger, Afrika. Ikan ini banyak diproduksi di Indonesia untuk memenuhi permintaan lokal dan ekspor. Namun, produksinya terbatas akibat rendahnya populasi synodontis jantan. Synodontis jantan hanya berkisar 5-10 persen dari total produksi synodontis petani, yang membatasi ketersediaan jantan untuk tujuan reproduksi.
Untuk mengatasi rendahnya populasi jantan dapat dilakukan dengan penjantanan atau maskulinisasi. Hormon 17?-metiltestosteron (MT) yang umum digunakan untuk maskulinisasi penggunaannya dibatasi oleh pemerintah karena tidak mudah terurai, bersifat karsinogenik dan mencemari lingkungan sekitar. Untuk itu diperlukan hormon dari bahan alam yang aman dan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan.
Empat orang peneliti dari Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Institut Pertanian Bogor (IPB) yaitu Dinar Tri Soelistyowati, Prassetyo Dwi Dhany Wijaya, Muhammad Zairin Jr dan Widanarni melakukan penelitian maskulinisasi larva ikan synodontis menggunakan ekstrak cabe Jawa (Piper retrofractum).
''Steroid sebagai hormon seks yang berasal dari tumbuhan, biasa disebut sebagai fitosteroid. Fitosteroid yang membantu dalam diferensiasi, pembentukan jenis kelamin laki-laki dan karakteristik seks sekunder dikenal sebagai phytoandrogen. Cabe Jawa disebut sebagai tanaman yang banyak digunakan dalam pengobatan tradisional Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh ekstrak cabe Jawa melalui perendaman pada larva ikan synodontis,'' tutur Dinar.
Dalam percobaannya, tim peneliti ini menggunakan larva ikan synodontis berumur 10 hari dengan masing-masing ulangan sebanyak 100 ekor. Perlakuan yang diberikan yaitu perendaman 17?-methyltestosteron 2 mg L-1 (MT) selama 5 dan 10 jam; perendaman ekstrak cabe jawa (ECJ) dosis 0.125 mg mg/L (P1) selama 5 dan 10 jam; dan dosis 0,25 mg mg/L (P2) perendaman selama 5 dan 10 jam dibandingkan dengan perlakuan kontrol tanpa perendaman.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan ECJ menghasilkan 25-40 persen ikan jantan berusia empat bulan; 1-2 persen betina dan di atas 60 persen interseks. Sedangkan pada usia lima bulan, persentase ikan interseks turun menjadi 20-40 persen; ikan betina meningkat menjadi 60-62 persen; dan ikan jantan berkisar 20-35 persen pada ECJ dibandingkan kontrol P0 (15%). Pada dosis (ECJ) 0,25 mg mg/L meningkatkan angka kematian sekitar 14-54 persen.
Tim peneliti ini menyimpulkan bahwa maskulinisasi ikan sinodontis pada fase larva menggunakan ekstrak cabai Jawa melalui perendaman dengan dosis 0,125 mg mg/L dan 0,25 mg mg/L dapat meningkatkan dua kali persentase ikan jantan dibandingkan dengan kontrol. “Ekstrak cabe Jawa mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup ikan dan perlakuan 0,125 mg/L menghasilkan tingkat kelangsungan hidup tertinggi, yaitu 97,67 persen. Peningkatan dosis ekstrak cabai Jawa dapat menurunkan tingkat kelangsungan hidup ikan,” ungkapnya.(IR/nm)
Peneliti IPB gunakan cabe Jawa untuk penjantanan ikan Synodontis
Jumat, 9 Februari 2018 17:06 WIB
Fitosteroid yang membantu dalam diferensiasi, pembentukan jenis kelamin laki-laki dan karakteristik seks sekunder dikenal sebagai phytoandrogen.