Padang (ANTARA) - Juru Bicara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) Ilham Wahab melaporkan curah hujan yang tinggi sejak Senin (6/1) siang hingga dini hari berdampak kepada 1.089 kepala keluarga di daerah Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan.
"Rumah yang terdampak di daerah Tarusan ada sekitar 889 unit atau 1.089 kepala keluarga," kata Juru Bicara BPBD Provinsi Sumbar Ilham Wahab di Padang, Selasa.
Sementara, lanjut Ilham, untuk jumlah rumah dan kepala keluarga yang ikut terdampak di Nagari (desa) Barung-Barung Balantai, Nagari Duku dan Duku Utara masih dalam tahap pendataan oleh tim BPBD.
Meskipun tidak ada korban jiwa namun banjir yang melanda Kabupaten Pesisir Selatan menyebabkan jalan lintas Sumatera sempat lumpuh total. Namun, pada Selasa pagi jalan yang menghubungkan langsung Sumbar dengan Provinsi Bengkulu tersebut sudah bisa dilalui.
Baca juga: Tiga kabupaten di Sumatera Barat dilanda banjir dan banjir bandang
Baca juga: Ini jumlah kerugian sementara bencana banjir di Sumbar mencapai Rp108,38 miliar
Saat ini, kata dia, petugas dari berbagai instansi masih bekerja keras membantu membersihkan sejumlah ruas jalan yang terganggu akibat material berupa batu, pasir hingga pohon kayu yang terbawa arus sungai.
Pascabencana hidrometeorologi melanda sejumlah nagari di Kabupaten Pesisir Selatan, masyarakat juga mulai membersihkan tumpukan material yang masuk ke rumah-rumah warga. Pembersihan itu juga dibantu langsung oleh personel BPBD, TNI dan Polri.
Ilham mengatakan saat ini BPBD masih mendata jumlah kerusakan atau kerugian yang disebabkan oleh bencana alam tersebut termasuk luasan areal pertanian yang berpotensi gagal panen.
Baca juga: Usai dari Qatar, Menhan Prabowo serahkan bantuan bencana banjir di Sumbar
Intensitas curah hujan yang tergolong tinggi juga terjadi di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar. BPBD bersama Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setempat telah mengimbau dan mengingatkan masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan terutama yang bermukim di sekitar sungai yang berhulu di Gunung Marapi.
Curah hujan yang tinggi dikhawatirkan memicu atau menyebabkan peningkatan debit air di sungai-sungai yang berhulu dari Gunung Marapi sehingga berpotensi menyebabkan banjir lahar dingin, seperti peristiwa yang terjadi pada pertengahan Mei 2024 yang menyebabkan 67 orang meninggal dunia.