Kabupaten Bekasi (ANTARA) - Perusahaan Daerah Air Minum (Perumdam) Tirta Jaya Mandiri Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, melakukan studi banding menyangkut penanganan kebocoran atau kehilangan air ke Perumdam Tirta Bhagasasi Kabupaten Bekasi.
Kunjungan dipimpin Direktur Utama Perumdam Tirta Jaya Mandiri Kabupaten Sukabumi Muhamad Kamaludin Zen bersama Ketua Dewan Pengawas Perumdam Aep Majmudin, Asisten Daerah II, Kepala Balitbangda, serta peserta lain.
"Apa yang telah dilaksanakan Perumdam Tirta Bhagasasi dalam upaya mengatasi kebocoran air yang berdampak terhadap penambahan pendapatan, kami ingin belajar itu," kata Muhamad Kamaludin Zen usai kunjungan di Kabupaten Bekasi, Kamis.
Zen mengatakan kunjungan kerja mereka terkait kebijakan Perumdam Tirta Bhagasasi yang telah melakukan kerja sama dengan pihak swasta dalam rangka mengatasi kehilangan air atau kebocoran.
"Apa yang kami pelajari dari Kabupaten Bekasi ini akan kami bawa ke Sukabumi untuk dapat diimplementasikan dengan mempertimbangkan aspek teknis dan lain," katanya.
Direktur Utama Perumda Tirta Bhagasasi Usep Rahman Salim menjelaskan pola kerja sama dengan pengusaha swasta sudah dilakukan sejak tahun 2020 hingga saat ini dengan berbasis kinerja, termasuk upaya mengatasi persoalan kebocoran air.
"Sebelumnya kebocoran di Perumdam Tirta Bhagsasasi Cabang Babelan 41 persen lebih, kini berkurang 28 persen sekaligus menambah pendapatan serta jumlah pelanggan. Sistem pembagian dari hasil pengurangan kebocoran yang diperoleh, 70 persen untuk swasta yang mengerjakan dan 30 persen untuk kami," katanya.
Dia mengatakan dalam kerja sama itu, Perumda Tirta Bhagasasi tidak mengeluarkan uang sepeser pun karena semua perbaikan kebocoran mulai penggantian pipa, alat ukur, dan alat lain yang diperlukan dalam mengurangi kebocoran ditanggung pihak swasta.
"Setelah perjanjian kontrak lima tahun selesai, semua peralatan yang diganti swasta menjadi milik kami. Tadinya pendapatan Cabang Babelan Rp4 miliar setiap bulan, kini naik antara Rp5-6 miliar setelah berhasil mengurangi kehilangan air," katanya.
Ia mengaku mengatasi kehilangan air akibat kebocoran sangat mudah yakni dengan mengganti seluruh jaringan pipa lama termasuk alat ukur meteran hanya biaya yang dibutuhkan relatif besar.
Dirinya juga menyatakan peristiwa kebocoran dalam setiap pengolahan air perusahaan daerah pasti terjadi dalam proses produksi mengingat pekerjaan pengurasan reservoir penampung air maupun instalasi pengolahan air secara periodik memerlukan air dan itu termasuk bagian dari kebocoran.
"Dari batas toleransi kebocoran 20 persen oleh Kementerian PUPR, kita targetkan 23-25 persen sesuai perencanaan bisnis hingga tahun 2027. Sekarang rata-rata kebocoran di kita 30 persen. Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi. Salah satunya kerja sama dengan swasta," katanya.
Usep menyebutkan ada empat penyebab kebocoran yakni jaringan pipa yang sudah tua, pembacaan meteran yang tidak akurat, serta kebocoran pada alat ukur atau meteran air. Satu penyebab lain adalah terjadi pencurian air oleh masyarakat tertentu, termasuk pelanggan non aktif.
"Ilegal connection atau sambungan liar yang masuk kategori pencurian air oleh orang tertentu dari jaringan pipa, penyumbang terbesar kehilangan air," ucap dia.
Perumda Tirta Bhagasasi memiliki 308.000 sambungan langsung pelanggan di wilayah Kabupaten Bekasi dari total 3,5 juta jiwa penduduk wilayah itu.
Pelayanan air bersih dilakukan 13 kantor cabang dan 12 cabang pembantu hingga mampu melayani 40 persen dari jumlah penduduk, belum termasuk 60.000 pelanggan di wilayah Kota Bekasi.
Sementara Perumdam Tirta Jaya Mandiri Kabupaten Sukabumi baru melayani 60.000 sambungan langsung pelanggan dari 2,8 juta jiwa penduduk Kabupaten Sukabumi dengan cakupan layanan baru 12 persen dari jumlah penduduk.
Perumdam Sukabumi studi banding penanganan kebocoran air ke Kabupaten Bekasi
Jumat, 3 Mei 2024 6:33 WIB