Jakarta (ANTARA) - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menilai bahwa inovasi padi Jajar Legowo merupakan solusi penting dalam memastikan ketahanan pangan Indonesia untuk menghadapi tantangan global dan perubahan iklim di sektor pertanian.
"Inovasi ini sangat penting dalam menghadapi tantangan global, terutama dalam menjaga ketahanan pangan di tengah perubahan iklim dan meningkatnya kebutuhan beras nasional," kata Mentan di sela meninjau inovasi teknologi padi Jajar Legowo di Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Padi Muara Landbouw, Bogor, Jawa Barat, Minggu.
Mentan menuturkan, inovasi sistem tanam padi Jajar Legowo dapat meningkatkan produktivitas pertanian dengan memungkinkan petani untuk menanam padi hingga empat kali dalam setahun.
"Dengan sistem ini, kita bisa menanam minimal tiga kali setahun, bahkan bisa sampai empat kali, karena tanam langsung tanpa pembenihan. Artinya, kita hemat waktu sekitar dua minggu per siklus tanam,” ujar Mentan dikonfirmasi di Jakarta, Minggu.
Dia menyampaikan salah satu teknologi unggulan yang sedang diuji coba di balai tersebut adalah sistem tanam direct seeding dengan metode Jajar Legowo, yang diyakini mampu mempercepat siklus tanam dan meningkatkan produktivitas padi secara signifikan.
Direct seeding merupakan metode penanaman benih padi langsung ke tanah tanpa melalui proses pembibitan terlebih dahulu. Dalam metode ini, benih ditanam langsung di lahan yang telah disiapkan, yang dapat menghemat waktu dan tenaga dalam proses tanam.
Ia menjelaskan bahwa teknologi itu memberikan berbagai keuntungan bagi petani, mulai dari efisiensi waktu hingga peningkatan hasil panen.
“Walaupun hari libur, kami tetap turun untuk mengecek percobaan ini. Teknologi baru direct seeding ini bertujuan mengurangi biaya dan mempercepat tanam," ucapnya.
Baginya, jika petani dapat menanam padi tiga atau bahkan empat kali setahun, produksi padi bisa dipercepat hingga satu bulan. Hal itu juga akan mengurangi biaya produksi dan mempermudah petani melalui sistem mekanisasi.
Selain itu, dengan pertumbuhan tanaman yang optimal, hasil panen bisa mencapai minimal 8 ton per hektare, bahkan berpotensi mencapai 10, 11, atau 12 ton per hektare.
"Kalau pertumbuhan tanamannya sebagus ini, kita bisa mencapai minimal 8 ton per hektare, syukur-syukur bisa sampai 10, 11, atau 12 ton,” tambah Mentan.
Selain meningkatkan produktivitas, sistem Jajar Legowo juga memberikan keunggulan dalam pemanfaatan lahan secara maksimal, meningkatkan akses sinar matahari bagi tanaman, serta mendukung pertumbuhan padi yang lebih sehat dan kuat.
Teknologi itu juga akan diterapkan secara bertahap di berbagai daerah, terutama pada program cetak sawah dan optimasi lahan.
Jika uji coba tersebut berhasil, penerapannya akan diperluas untuk mendukung target swasembada pangan nasional.
Pertanian harus terus berkembang dengan berbasis inovasi dan teknologi.
“Kita tidak boleh setengah-setengah dalam meningkatkan produksi pangan," katanya.
Semua harus berbasis inovasi dan teknologi. Inilah pertanian modern, transformasi dari sistem tradisional ke mekanisasi penuh.
Dengan inovasi dan mekanisasi pertanian yang semakin maju, Indonesia semakin optimis dalam mencapai swasembada pangan yang berkelanjutan.
Pemerintah akan terus mendukung petani dengan berbagai program strategis agar produktivitas meningkat dan kesejahteraan petani semakin baik.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan penggunaan teknologi dalam mengelola pertanian sangat penting karena akan menjadikan pertanian Indonesia lebih kuat dalam menyediakan pasokan pangan.
Teknologi mampu menjadikan pertanian Indonesia jauh lebih kuat dan tahan terhadap berbagai ancaman.
Mentan mengaku telah meninjau langsung proses uji alat mesin pertanian (Alsintan) untuk produksi massal di Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Mekanisasi Pertanian (BBPSI Mektan) Serpong, Tanggerang Selatan, Banten, tahun lalu.
Amran juga mendorong penggunaan teknologi dan mekanisasi secara masif guna menekan biaya produksi secara signifikan sehingga mampu meningkatkan produktivitas secara maksimal.
Pertanian itu semua harus dibuat sederhana, simpel, murah dan terjangkau. Dan yang pasti petani harus kita giring untuk berbisnis. Makanya mereka harus diberi untung.
Saat ini, Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Mekanisasi Pertanian baru saja menyelesaikan proses uji alat mesin pertanian terhadap pompa.
Di sana, Mentan juga meninjau langsung uji lapang jajar legowo (jarwo) transplanter. Rencananya semua alat tersebut akan dipasarkan dengan harga yang terjangkau.
"Alur alokasinya bisa kita kolaborasikan dengan swasta atau membuatnya secara masal. Yang terpenting, selesaikan dulu apa yang sudah kita kerjakan ini agar bisa menjangkau petani di seluruh Indonesia," katanya.
Peralatan yang sudah masuk tahap uji ini nantinya akan dijual di kisaran harga yang terjangkau petani. Harga tersebut bahkan bisa jauh lebih murah apabila pasar dan skema penjualan sudah menemukan kecocokan.
"Tadi saya tanya harga satu unitnya 17 juta, tapi saya bilang kalau di bawah 10 juta bisa tidak, atau bahkan 5 juta. Sebab kalau ini terjadi yakinlah kita bisa swasembada. Bayangkan. Satu hektare bisa satu hari kalau dulu 20 orang satu hari. Artinya apa? Ini pertanaman yang sangat efisien tapi bisa meningkatkan keseragaman tanam," katanya.
Mentan berharap, ke depan, pertanian Indonesia bisa menjadi contoh bagi pertanian dunia. Artinya, mulai dari mengolah lahan, menanam, memupuk sampai memanen sudah menggunakan teknologi dan mekanisasi yang diproduksi di dalam negeri.
"Ke depan kita harus menggunakan teknologi karena milenial akan ikut bekerja manakala pertanian kita sudah menguntungkan perlengkapan modern," katanya.
Kementerian Pertanian terus mengupayakan program Perluasan Areal Tanam (PAT) melalui optimalisasi lahan dan pompanisasi sebagai langkah peningkatan produksi pangan guna mewujudkan swasembada pangan.
Hal ini dalam menghadapi dampak perubahan iklim seperti kekeringan atau fenomena El Eino panjang.
Baca juga: Pupuk Indonesia tingkatkan produktivitas
Baca juga: Korem 051/Wijayakarta terapkan teknologi tingkatkan efisiensi lahan pertanian