Jakarta (ANTARA) - Peneliti Nasional Vaksin TB Prof. DR. dr. Erlina Burhan, Sp.P(K), mengungkapkan kemajuan vaksin Tuberkulosis (TB) M72/AS01E sebagai vaksin yang tengah diteliti Indonesia untuk dapat memproteksi kelompok remaja dan dewasa dari penyakit TB.
Dokter Erlina dalam pertemuan daring bersama media yang diikuti di Jakarta, Senin, menyebutkan saat ini Indonesia sedang memasuki tahapan uji klinis fase tiga untuk vaksin TB M72 setelah sebelumnya berhasil melewati proses uji klinis fase 2B yang hasilnya menjanjikan dengan nilai efikasi vaksin sebesar 50 persen.
"Uji klinis fase 3 sedang kami lakukan. Dan mudah-mudahan rekrutmennya selesai di awal April ini. Kemudian kita tinggal mengikuti partisipan tersebut sampai tiga tahun ke depan, sehingga tahun 2028 sudah ada hasilnya dan mudah-mudahan juga paralel bisa diproduksi dan akhir 2028 produksinya sudah ada," kata dokter Erlina.
Dalam paparannya, dokter Erlina menyebutkan vaksin TB M72/AS01E berpotensi menjadi salah satu cara untuk mengurangi kasus Tuberkulosis pada kelompok dewasa dan remaja setelah terakhir kali vaksin serupa yakni vaksin BCG ditemukan namun terbukti hanya dapat memproteksi kelompok usia bayi.
Baca juga: Kemenkes sebut 81 persen kasus TBC Indonesia berhasil ditemukan pada 2024
Setelah melewati lebih dari satu abad, akhirnya ditemukan vaksinasi yang berpotensi memiliki proteksi untuk melindungi kelompok dewasa dari paparan bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menjadi akar dari tuberkulosis.
Vaksin TB M72 menjadi penting berkaca dari laporan bertajuk "Global Tuberculosis Report 2024" dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa di 2023 secara global terdapat 10,8 juta kasus TB dan Indonesia berada di peringkat kedua dengan jumlah kasus TB terbanyak di dunia.
Tercatat pada 2023, Indonesia menyumbang 10 persen kasus TB dari total kasus global dengan detail 1.090.000 kasus dan tingkat kematian mencapai 130.000 jiwa.
Maka dari itu, penelitian vaksin TB M72/AS01E yang sejauh ini menunjukkan hasil efikasi yang baik diharapkan di fase uji terakhir yakni fase uji klinis tahap tiga bisa menunjukkan hasil yang lebih memuaskan dari sebelumnya.
"Jadi pada fase 2 itu kan (efikasinya) 50-54 persen dan diharapkan untuk fase 3 yang sekarang karena kan lebih banyak subjek atau partisipan dari penelitiannya, kita mengharapkan (efikasinya) lebih dari itu. Dan memang kalau ketentuan WHO, kalau suatu vaksin dengan efikasi sudah melewati batas 50 persen itu sudah memenuhi syarat. Sudah cukup bagus artinya," kata Erlina.
Penelitian vaksin TB M72 oleh Indonesia merupakan salah satu penelitian yang menjadi bagian dari penelitian global yang diikuti empat negara lainnya yakni Afrika Selatan, Kenya, Zambia, dan Malawi.
Baca juga: 889 ribu orang yang terkena tuberkulosis per Maret 2025
Indonesia mulai masuk dalam penelitian vaksin TB M72/AS01E sejak akhir 2022, kemudian pada 2023 dilakukan finalisasi protokol dan pengajuan lokasi penelitian yang akhirnya setelah mengajukan 10 lokasi penelitian yang disetujui ada sebanyak lima lokasi penelitian.
Lima lokasi itu ialah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, Rumah Sakit Universitas Indonesia, dan Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka putih.
Selanjutnya tim peneliti nasional mengumpulkan dokumen-dokumen ke Komite Etik hingga mengurus perizinan ke BPOM dan akhirnya semua perizinan dan protokol penelitian disetujui pada pertengahan 2024.
Sejak September 2024 hingga 6 Maret 2025, proses rekrutmen untuk mengikuti penelitian terus dilakukan oleh tim Indonesia, tercatat sudah ada sebanyak 1.839 partisipan yang terekrut dan masih terus dalam pemantauan.
Dalam prosesnya, para peserta yang mengikuti penelitian untuk uji klinis mendapatkan dua kali suntikan dengan jarak pemberian dosis 1 ke dosis 2 sebanyak 1 bulan.
Para penerima vaksin juga telah dijelaskan kemungkinan-kemungkinan hal yang akan terjadi setelah vaksin diberikan agar dapat mengantisipasi Kondisi Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).
Baca juga: Kota Batam catat 344 temuan kasus tuberkulosis positif di 2025
Mulai dari kemungkinan rasa nyeri di tempat suntikan, kemungkinan demam, sakit kepala, dan gatal-gatal, hingga efek berat yang mungkin terjadi juga turut disampaikan.
Dokter Erlina menyebutkan selama proses uji klinis, pasien yang mengikuti penelitian ditemukan beberapa mengalami KIPI ringan dan bisa diselesaikan di rumah seperti demam yang bisa diatasi dengan parasetamol hingga nyeri di lokasi tempat suntikan yang bisa diatasi dengan kompres es.
Sembari menantikan hasil akhir dari uji klinis vaksin TB M72/AS01E, dalam penanganan TB dokter Erlina mengajak masyarakat Indonesia agar tidak patah semangat dan bisa menerapkan pola hidup bersih dan sehat sehingga tuberkulosis tidak menjangkiti keluarganya.
"Kita harus tetap mengoptimalkan program dan strategi yang ada sambil menunggu vaksin tersedia di 2028 nanti," demikian dokter Erlina menutup pernyataannya.