Kabupaten Bogor (ANTARA) - Mantan Wakil Bupati Bogor Karyawan Faturachman atau Karfat menyambut positif Kirab Mahkota Binokasih Sanghyang Pake yang berlangsung selama dua hari di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Karfat di Cibinong, Selasa, menyebutkan kirab tersebut bukan sekadar seremoni, melainkan pertanda arah baru bagi tanah Tegar Beriman.
"Bogor ini mulai berubah warnanya, dari era agamawan menuju budayawan. Harapannya, budayawan itu kalau pulang, ya, ke rumah, bukan ke Sukamiskin," ujar Karfat yang juga merupakan seorang budayawan sembari tersenyum.
Baca juga: Radya Anom: Bupati Bogor Rudy Susmanto miliki trah Kerajaan Sumedang Larang
Baca juga: Dishub Bogor pastikan Kirab Mahkota Binokasih tanpa penutupan jalan
Menurut dia, kehadiran Mahkota Binokasih menjadi simbol penting. Ia berharap ini menjadi pertanda hadirnya era baru kepemimpinan yang lebih terbuka dan membumi.
"Kalau kemarin wartawan mau ketemu bupati susah, mudah-mudahan sekarang lebih gampang," ujar Karfat.
Menjawab soal kaitan historis Mahkota Binokasih dengan Bogor, Karfat menuturkan bahwa memang ada benang merah sejarah yang menghubungkan.
“Dulu ada Kerajaan Sunda Galuh, kedudukannya di Pakuan. Dan Pakuan itu adalah Bogor,” katanya.
Namun, pada fase akhir kekuasaan, sekitar delapan tahun terakhir masa pemerintahan, Raja Sunda Galuh memerintah dari Pandeglang, titik awal berdirinya kerajaan yang dikenal sebagai Salakanagara.
Baca juga: Bupati Bogor sambut kedatangan Mahkota Binokasih Sanghyang Pake secara sakral
Sedangkan di Pakuan, tak ada lagi pemerintahan aktif, hanya tinggal para abdi dalem. Hingga akhirnya, saat datang rombongan Banten bersama Syeikh Maulana Yusuf, Cirebon, dan Demak, Mahkota Binokasih diserahkan dan dibawa ke Sumedang, tempat ia disimpan dan dilestarikan hingga kini.
“Maka memang sudah saatnya ini ditampilkan lagi. Supaya orang Jawa Barat ingat bahwa dulu kita punya simbol kultural, simbol persatuan: Mahkota Binokasih Sang Hyang Pake,” kata Karfat.*