Kota Bogor (ANTARA) - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bogor Atang Trisnanto mengatakan perlu ada lanjutan pelebaran empat titik ruas sistem satu arah (SSA) untuk mengurai kemacetan di pusat kota, setelah revitalisasi Jembatan Otista selesai.
Atang Trisnanto di Kota Bogor, Senin, menyampaikan bahwa revitalisasi Jembatan Otista adalah satu langkah menuju penataan infrastruktur jalan yang mendukung Bogor bebas macet di masa depan dan konektifitas wilayah-wilayah dengan pusat kota yang lebih efisien.
Konsentrasi pemerintah kota selanjutnya perlu mengarah pada adalah bagaimana membuat semua ruas jalan di sepanjang SSA tidak lagi ada simpul-simpul kemacetan, seperti di empat titik, yakni Jembatan Sempur di Jalan Jalak Harupat hingga pertigaan arah Taman Kencana, depan mal BTM, di depan gereja Zeboth dan di lampu merah jalan Jalak Harupat di depan Lippo Plaza Kebon Raya.
"Alhamdulillah Jembatan Otista sudah selesai dibangun. Apresiasi untuk seluruh pihak khususnya Pemkot dan Pemprov Jabar. Pelebaran Otista ini baru satu langkah menuju penataan infrastruktur jalan, PR selanjutnya adalah membereskan empat simpul lagi ruas jalan agar SSA benar-benar bebas macet dan siap dilalui moda transportasi baru," kata Atang.
Pemerintah Kota Bogor saat ini telah menyelesaikan revitalisasi Jembatan Otista yang selama ini menjadi salah satu simpul kemacetan di jalur SSA. Jembatan tersebut menghubungkan warga di Kecamatan Bogor Timur dengan pusat bisnis dan pemerintahan di wilayah Kecamatan Bogor Tengah yang dulu terbelah oleh sungai Ciliwung.
Pembangunan ulang jembatan yang sebelumnya telah berdiri dari zaman kolonial Belanda itu menggunakan dana bantuan Provinsi Jawa Barat senilai Rp52 miliar untuk pembebasan lahan dan Rp49 miliar untuk pembangunan konstruksi. Pembangunan berjalan selama sembilan bulan mulai dari April-Desember 2023.
Kadis PUPR Rena Da Frina menyatakan bangunan Jembatan Otista yang baru, didesain dapat bertahan hingga 80 tahun sampai 100 tahun lamanya. Jembatan ini juga dirancang untuk dapat menahan beban dan getaran moda transportasi trem.
Pelengkung yang semula penopang badan Jembatan Otista kini akan difungsikan sebagai objek wisata baru warga kota hujan itu.
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto didampingi Kadis PUPR Rena Da Frina Minggu (17/12), telah mengadakan selamatan bersama warga sekitar karena Jembatan Otista yang baru telah lolos uji beban. Kini peresmian penggunaan Jembatan Otista menunggu diresmikan presiden Jokowi.
Menurut Atang, jalur SSA yang mengelilingi Istana Bogor tempat kediaman Presiden Jokowi saat ini dan beberapa presiden sebelumnya perlu ditata sampai beres, agar aktivitas di sepanjang jalur tersebut semakin lancar.
Atang menilai, usaha pemerintah Kota Bogor saat ini sudah sangat baik menjalankan langkah awal penataan infrastruktur jalan di pusat kota.
Namun demikian, jumlah kendaraan yang masuk dan keluar di pusat Kota Bogor setiap tahun bertambah, juga lanjutan penataan infrastruktur jalan di SSA yang konsisten ke depan.
Menurut data Pemerintah Provinsi Jawa Barat, jumlah kendaraan di Kota Bogor meningkat hingga 82.306 unit selama sembilan tahun sejak 2013 hingga 2021 dari total 379.724 unit kendaraan menjadi 462.030 unit. Rinciannya, jumlah kendaraan jenis sedan, SUV dan minibus dengan kepemilikan pribadi, dinas dan umum pada tahun 2013 sebanyak 58.297 unit, pada tahun 2021 telah mencapai 90.003 unit.
Sementara, jumlah bus dan mikro bus dari 690 menjadi 702 unit, truk dan mobil bak terbuka dari 10.855 menjadi 12.250 unit. Sedangkan keberadaan alat berat turun dari dua menjadi satu unit. Peningkatan signifikan terjadi pada jumlah sepeda motor manual dan matik dari 310.097 menjadi 359.716 unit.
Ke depan, kata Atang, perlu ada perhitungan kembali lebar ruas jalan dan marka jalan yang tepat dan seimbang di sepanjang SSA sehingga empat titik penyumbatan lalu lintas lain di jalur tersebut, selain Jembatan Otista yang kini sudah dilebarkan dapat diatasi.
"Jadi kuncinya ke depan, konsentrasi pelebaran jalan dan jembatan di SSA masih ada, kita lanjutkan perjuangan pemerintah saat ini," demikian Atang Trisnanto.