"Sasaran penerimanya, di luar pekurban, yaitu pengajar dan guru Al Quran di wilayah Bogor dan sekitarnya," kata Ketua Panitia Kurban Idul Adha 1444 Hijriah AMC, Hema Fairus usai membagikan hewan kurban di Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (1/7) .
Ia menjelaskan bahwa tahun 2023 ini merupakan ketiga kali bagi AMC melaksanakan program penyembelihan dan pembagian hewan kurban Idul Adha.
Baca juga: AMC berbagi berkah lewat bakti sosial di bulan Ramadhan
Setiap tahunnya, kata dia, jumlah hewan yang dikurbankan selalu bertambah. Pada tahun pertama sebanyak 12 sapi, tahun berikutnya bertambah menjadi 17 sapi, dan tahun ini sebanyak 18 sapi.
Ia menyebutkan, AMC bekerja sama dengan Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) Rumah Potong Hewan (RPH) Bubulak dan Istana Qurban dalam menjalankan Program Kurban tahun ini.
"Semoga Program Kurban Tahsin Al Ghozy bisa berkelanjutan di tahun-tahun berikutnya, menjadi syiar kebaikan dan perhatian lebih kepada pengajar Al Quran, khususnya di wilayah Bogor dan sekitarnya," kata Hema.
Baca juga: Ibu-ibu pengajian Al-Ghozy potong 17 ekor sapi untuk kurban
Ia menjelaskan bahwa adanya program kurban berawal dari keinginan AMC untuk memfasilitasi harapan dan kebutuhan keluarga besar Tahsin Al-Ghozy agar bisa melaksanakan ibadah kurban mandiri.
AMC membuka tabungan kurban untuk menunjang pelaksanaannya dengan tanpa menentukan jumlah nominal yang akan ditabungkan per bulannya.
"Semua disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Tapi, dalam pelaksanaannya selalu mengalami peningkatan," katanya.
Baca juga: AMC bagikan ratusan daging kurban untuk guru baca Al Quran (video)
Ia mengatakan, keberhasilan program kurban mandiri tersebut berkat adanya komitmen yang kuat dari peserta Tahsin Al-Ghozy untuk mengisi tabungan kurbannya secara rutin.
Sementara, Ketua Tahsin Al-Ghozy, Ririe Rizal mengatakan, hampir 90 persen panitia kurban di AMC adalah ibu-ibu. Meski begitu, tidak mengurangi profesionalisme dalam menyelesaikan tugasnya
Tahsin Al-Ghozy merupakan komunitas yang bergerak di bidang sosial, terutama berkaitan dengan aktivitas belajar mengajar Al-Quran. Meski tidak dipungut biaya, tapi pelaksanaan belajar mengajar dilakukan dengan profesional, dengan dasar menjadikan Al-Quran sebagai sebaik-baiknya aktivitas.
"Jadi tahapan belajar di lembaga Tahsin Al-Ghozy, dimulai dari yang belum bisa sama sekali, sampai yang sudah di taraf menghapal. Dengan demikian, tidak pernah ada kata selesai untuk belajar dan mengajarkan Al-Quran," demikian Ririe Rizal.