Jakarta (ANTARA) - Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik Roma, meninggal dunia usia 88 tahun, Senin.
Menurut laporan Vatican News, Kardinal Kevin Farrell mengumumkan bahwa Paus Fransiskus meninggal di kediamannya pukul 7.35 pagi waktu Vatikan.
“Hidupnya telah dibaktikan untuk melayani Tuhan dan Gereja. Beliau telah mengajarkan kita supaya hidup dengan nilai-nilai Injil dengan iman, keberanian, dan cinta kasih bagi semua, terutama kepada mereka yang miskin dan paling terpinggirkan,” kata Kardinal Farrell.
Lahir di Buenos Aires pada 17 Desember 1936 dari pasangan imigran asal Italia, Paus yang memiliki nama asli Jorge Mario Bergoglio tersebut sudah tertarik pada kehidupan religius sejak usia muda. Ia menempuh pendidikan di Argentina dan Jerman sebelum ditahbiskan sebagai imam Yesuit pada 1969.
Sebagai Paus ke-266 dalam sejarah Gereja Katolik, Fransiskus adalah Paus pertama yang berasal dari luar negeri Eropa sejak Gregorius III -- yang lahir di wilayah yang kini menjadi Suriah dan terpilih pada tahun 731.
Bergoglio memilih nama kepausan Fransiskus untuk menghormati Santo Fransiskus dari Assisi, seorang biarawan abad ke-13 yang dikenal karena kepeduliannya terhadap kaum miskin dan kasih sayangnya terhadap hewan.
Sejak mulai mengabdi kepada Gereja, kemudian menjadi Uskup Agung Buenos Aires pada 1998 dan terpilih sebagai pemimpin Gereja Katolik Roma pada 2013, Paus Fransiskus tak pernah berhenti melayani umat dan menyerukan perdamaian dunia.
Paus Fransiskus juga berkesempatan melakukan lawatan ke Indonesia pada 3-6 September 2024 ketika ia menandatangani Deklarasi Istiqlal dan memimpin Misa Akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta pada 5 September.
Salah satu momen yang paling menyentuh saat kunjungannya ke Indonesia saat itu adalah ketika Nasaruddin Umar, yang kala itu masih menjadi Imam Besar Masjid Istiqlal mengecup kepala Paus Fransiskus, yang lekas dibalas Paus dengan mencium tangan Nasaruddin.
Bergoglio diketahui sudah mengalami masalah kesehatan sejak usia mudanya. Di usianya yang menginjak umur 20-an tahun, ia harus menjalani operasi untuk mengangkat sebagian paru-parunya akibat infeksi pernapasan parah.
Ketika beranjak menua di masa kepausannya, Paus Fransiskus kembali mengalami masalah pernapasan. Ia bahkan terpaksa membatalkan kunjungan ke Uni Emirat Arab pada November 2023 karena influenza dan pembengkakan paru.
Hari-hari terakhir
Meski di tengah kondisinya yang melemah, Paus Fransiskus tetap berteguh menjalankan tugasnya sebagai pemimpin Gereja Katolik hingga titik penghabisannya.
Sehari sebelum wafatnya, Paus Fransiskus tampil di hadapan publik untuk menyampaikan pernyataan Urbi et Orbi dalam rangka Minggu Paskah (20/4). Dengan suaranya yang lirih, Paus mengucapkan selamat Hari Raya Paskah dan menyerukan bahwa “Sang Kristus telah bangkit”.
Pesan Urbi et Orbi kemudian dibacakan oleh Uskup Agung Diego Ravelli, yang menyampaikan pandangan Paus bahwa Tanah Suci masih “dinodai oleh konflik” dan menjadi lokasi “terjadinya kekerasan tak berujung”.
Dalam pesan terakhirnya, sang Paus merasa amat prihatin terhadap warga Palestina di Gaza dan masyarakat Kristen di wilayah tersebut yang menderita akibat agresi Israel.
Paus Fransiskus juga menyerukan supaya “gencatan senjata segera terwujud di Jalur Gaza, semua sandera dibebaskan ... dan bantuan kemanusiaan bisa masuk.” Ia mendesak komunitas internasional bertindak konkret membantu rakyat yang menderita dan mewujudkan perdamaian.
Baca juga: Paus wafat, Palestina kehilangan teman sejati
Baca juga: Hamas berbelasungkawa atas wafatnya Paus Fransiskus
Baca juga: Paus Fransiskus setelah koma akibat stroke dan gagal jantung
Baca juga: Paus wafat, sepak bola dunia turut berduka