Kudus (ANTARA) - Farikha Sukrotun Nikmah, seorang perempuan asal Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sejak kecil memang menyukai olahraga badminton, tetapi tak pernah terlintas di benaknya menjadi seorang wasit perempuan untuk cabang badminton hingga ke tingkat internasional.
Alumnus Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) tahun 2016 dari Fakultas Bahasa, Jurusan Bahasa Inggris, ini bisa disejajarkan dengan perjuangan Raden Ajeng Kartini sebagai pejuang emansipasi wanita di tengah dominasi pria.
Awal cerita terjun ke dunia wasit badminton atau bulu tangkis, ketika ayahnya yang merupakan wasit badminton di Kabupaten Kudus mengetahui adanya seleksi wasit badminton tingkat kabupaten.
Lantas Farikha yang kala itu masih menempuh kuliah semester V tahun 2016 diberi tahu via telepon dan dimotivasi untuk mengikutinya. Mengingat sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD) sudah menyukai olahraga badminton hingga pernah mengikuti sejumlah kejuaraan badminton hingga usia SMP, ia cukup paham soal aturan dalam bermain badminton.
Awalnya, Farikha yang kini berusia 28 tahun itu enggan mengikuti seleksi wasit badminton karena didominasi kaum laki-laki. Akan tetapi, karena dorongan orang tuanya, akhirnya mengikuti tes seleksi menjadi wasit tingkat kabupaten.
Ternyata, menjadi wasit badminton mulai menjadi daya tarik baginya. Terlebih menjadi wasit yang berasal dari kaum hawa di Kabupaten Kudus baru dirinya. Dari situ orang tuanya memotivasi bahwa ia memiliki peluang menjadi wasit hingga kelas internasional, karena nyaris tidak memiliki saingan.
Pada tahun 2017, akhirnya muncul kesempatan menaikkan level menjadi pengadil lapangan badminton setelah ada seleksi wasit badminton tingkat Provinsi Jateng.
Ujian wasit tingkat nasional pun diikuti untuk lisensi B dan dinyatakan lulus setelah mengikuti ujian di Jakarta.
Sementara lisensi A untuk tingkat nasional, juga diikuti setelah mengantongi lisensi B dengan mengikuti ujian seleksi di Magelang. Hasilnya lulus dengan meraih rangking pertama.
Lulus dengan lisensi A dan B belum juga membuat dirinya bangga, karena masih ada tingkat yang lebih tinggi, yakni menjadi wasit kelas Asia.
Kesempatan pun datang, dengan mengikuti seleksi tingkat Asia pada tahun 2023 di Indonesia, sedangkan tahun 2024 mengikuti seleksi tingkat Asia di China sehingga mendapat kesempatan menjadi pengadil jalannya pertandingan bulu tangkis untuk kejuaraan internasional.
Berkat kegigihannya untuk menjadi wasit badminton profesional, Kartini asal Kudus itu akhirnya dipercaya menjadi pengadil di sejumlah ajang badminton berskala internasional. Mulai dari Indonesia International Challenge, Indonesia Super 100, dan Super 500. Belum lama ini, dia juga dipanggil untuk menjadi wasit dalam kejuaraan Badminton Asia Championship 2025 di China.
Farikha mengakui keberhasilannya hingga mendapatkan lisensi wasit badminton tingkat internasional tidak terlepas dari motivasi orang tua dan perjuangannya untuk bersaing dengan kaum laki-laki karena mayoritas wasitnya merupakan laki-laki.
Berkat tekad dan kegigihannya menjadi wasit profesional, akhirnya Farikha Sukrotun Nikmah mendapatkan penghargaan dari Pemkab Kudus sebagai "Suara dan Aksi Perempuan Pelopor" dalam rangka Peringatan Hari Kartini tahun 2025, Senin (21/4).
Penghargaan diserahkan ketika pelaksanaan upacara Hari Kartini yang berlangsung di halaman Pendopo Kabupaten Kudus yang diikuti semua pegawai di lingkungan Pemkab Kudus dan para tamu undangan dengan berpakaian kebaya untuk kaum perempuan serta laki-laki memakai pakaian batik atau adat jawa.
Pelaksana tugas Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinsos P3AP2KB) Kudus Satria Agus Himawan juga mengaku bangga karena ada perempuan asal Kudus yang berkarir sebagai wasit badminton.
Baca juga: Hari Kartini momen refleksi masih rawannya perempuan di ruang publik
Baca juga: Menkomdigi Meutya Hafid ajak perempuan Indonesia jadi penggerak inovasi digital