Jakarta (ANTARA) - Ketua Dewan Pembina Laskar Ganjar Puan (LGP), Mochtar Mohamad menilai bahwa Partai Nasdem dan Partai Demokrat berpotensi hanya menjadi penonton pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Mochtar Mohamad dalam keterangan tertulisnya, Jumat, menganggap bahwa langkah Nasdem yang telah mendeklarasikan calon presiden (Capres) 2024 penuh dengan resiko.
Alasannya, kata dia, pertama seharusnya partai politik bicara tiket capres melalui koalisi dulu baru kemudian capres/cawapres seperti yang dilakukan PDI Perjuangan, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan Koalisi Gerindra PKB.
Baca juga: Perempuan Bekasi ikut senam sehat sehat bersama Srikandi Ganjar
Kedua, sambung dia, saat ini Nasdem mempunyai 59 kursi legislatif dan telah mencalonkan Anies Baswedan sebagai capresnya, sedangkan presidential threshold 115 kursi atau 20 persen kursi di DPR RI.
"Artinya butuh partai lain. Anggap saja mengarah ke Partai Demokrat yang punya 54 kursi dengan AHY sebagai capres atau cawapres. Ini pun kalau digabung baru 113 kursi sehingga belum cukup untuk mengusung capres karena kurang 2 kursi," kata Mochtar Mohamad.
Alasan ketiga, kata dia, Nasdem dan Demokrat masih butuh satu partai untuk melengkapi presidential threshold 115 kursi dan mengarah ke PKS untuk melengkapinya.
"Pertanyaan muncul, PKS mendapat apa kalau capres-cawapresnya Anies-AHY?" tanya Mochtar.
Baca juga: Seribuan perempuan milenial Karawang gabung mendukung Ganjar Pranowo
Alasan keempat, menurut Mochtar, Pilpres 2024 kali dilaksanakan bersamaan dengan Pileg 2024 pada 14 Februari 2024.
Semua konsultan politik membenarkan faktor efek ekor jas (coattail effect) capres/cawapres akan dominan memengaruhi perolehan kursi di Pileg.
"Akibatnya, bisa saja PKS tidak lolos di parliamentary threshold empat persen karena tidak mengusung kadernya di Capres/Cawapres 2024, di sisi lain PKS mempersiapkan Salim Assegaf dan Ahmad Syaikhu sebagai calonnya," tandas Mochtar.
Kelima, bisa saja PKS akan mencari koalisi yang memungkinkan kadernya menjadi capres/cawapres. Peluang ini mengarah gabung dengan KIB dengan kalkulasi Golkar 85 kursi, PAN 44 kursi, PPP 19 kursi dan PKS 50 kursi sehingga total 198 kursi.
Baca juga: Sahabat Ganjar meriahkan hari kemerdekaan dengan jalan sehat di Bogor
"Bisa jadi Capres-nya Airlangga Hartarto Ketum Golkar dan cawapres-nya Achmad Syaikhu Preiden PKS dan partai Islam bisa berkumpul di koalisi ini," ujarnya.
Keenam, kata Mochtar, langkah Pemerintah Jokowi mereshuffle kabinet dari 3 kader Nasdem yakni Menteri Pertanian, Menteri Kominfo dan Menteri Kehutanan LH maka formasi kabinet bisa saja memberikan warna baru contoh PAN selain Menteri Perdagangan ditambah Menteri Kehutanan LH, PPP selain Menteri Bapenas ditambah Menteri Agama, PKS gabung ke koalisi Pemerintah misalnya menjadi Menteri Pertanian dan Menteri Kominfo.
Dari peta tersebut, Mochtar Mohamad berpendapat dinamika konfigurasi politik bisa mengarah ke 3 poros, yakni:
Poros 1 PDI Perjuangan 128 kursi, Poros 2 Gerindra 78 kursi-PKB 58 kursi total 136Kursi dan poros 3 KIB Golkar 85 kursi, PKS 50 kursi, PAN 44 kursi, PPP 19 kursi sehingga total 198 kursi.
Baca juga: Sahabat Ganjar dan Ponpes Alif Baa berdoa khusus untuk Ganjar Pranowo di Tanah Suci
Dengan demikian, kata Mochtar, Nasdem dan Demokrat berpotensi jadi penonton di Pilpres 2024.
Lebih jauh dia menyebutkan bahwa dengan konfigurasi 3 poros ini, politik aliran tidak akan tumbuh lagi di Indonesia dan black campaign maupun negative campaign yang bermuara ke perpecahan bangsa bisa dihindari.
"Dan konsep Konstruksi Pembangunan yang sudah diletakkan oleh Pemerintah Jokowi bisa berkelanjutan," tandas Mochtar.
Laskar Ganjar-Puan: Nasdem dan Demokrat berpotensi hanya jadi penonton di Pilpres
Jumat, 14 Oktober 2022 16:10 WIB