Sungai Ambawang Kubu Raya (Antaranews Megapolitan) - Taruna Siaga Bencana (TAGANA) Se-Provinsi Kalimantan Barat melaksanakan Bakti Sosial ke-IV Tahun 2018 sebagai wujud komitmen dalam membantu masyarakat menghadapi kejadian bencana.
"Adil Katalino Bacaramin Kasaruga Basengat Kajubata" yang memiliki makna berlaku adil sesama manusia, kehidupan manusia mencerminkan usaha menuju surga dan selalu menyadari atas kuasa Tuhan. Ini-lah ucapan salam yang terus-menerus digaungkan dalam acara tersebut.
Bertempat di tanah yang penuh toleransi dan nilai-nilai kemanusiaan di Kabupaten Kubu Raya, telah dilaksanakan Bakti Sosial (Baksos) Taruna Siaga Bencana Indonesia Tahun 2018 dengan mengerahkan 300 orang Tagana yang mewakili seluruh Kabupaten/Kota Se-Kalbar.
Jumlah TAGANA di Provinsi Kalbar 894 orang. Ini adalah potensi luar biasa bagi Tagana Indonesia yang berjumlah 37.817 orang. Selain TAGANA, juga ada sekitar 65.000 Sahabat TAGANA.
Acara dihadiri oleh Wakil Gubernur Provinsi Kalimantan Barat, Dirjen Linjamsos, Kadis Provinsi Kalbar, Direktur PSKBA dan Perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), serta dihadiri oleh 300 orang TAGANA, pendamping PKH, TKSK, pengurus Kampung Siaga Bencana dan undangan lainnya.
Di Indonesia terdapat 1.235 kejadian bencana
Sepanjang tahun 2018, di berbagai wilayah di Indonesia setidaknya terdapat 1.235 kejadian bencana, dimana korban meninggal mencapai 3.360 jiwa, 489 jiwa luka-luka, 2.770.814 mengungsi dan 231.798 unit rumah rusak berat, sedang maupun kecil.
Gempa yang mengguncang Pulau Lombok dan Sumbawa Provinsi NTB yang mengakibatkan 567 orang meninggal dunia, 1.478 jiwa luka berat dan kurang lebih 358.029 orang mengungsi.
Serta bencana gempa bumi, tsunami dan likuifaksi di Provinsi Sulawesi Tengah mengakibatkan 2.087 orang meninggal dunia, 4.438 jiwa luka berat dan 180.594 orang mengungsi.
Kejadian ini semakin meyakinkan paradigma pentingnya penanggulangan bencana berbasis masyarakat, serta menempatkan masyarakat sebagai subyek penanggulangan bencana. Mereka-lah unsur pertama dan utama dalam penanggulangan bencana sebelum bantuan datang dari luar.
Pada tanggal 24 Maret 2004, Kementerian Sosial menginisiasi berdirinya relawan kemanusiaan Taruna Siaga Bencana (TAGANA) yang telah memberikan kiprah nyata dalam penanggulangan bencana selama ini.
TAGANA adalah relawan sosial terlatih yang berasal dari masyarakat yang memiliki kepedulian dan aktif dalam penanggulangan bencana terutama tanggap darurat, perlindungan sosial dan layanan dukungan psikososial.
Melalui Peraturan Menteri Sosial RI Nomor: 28 tahun 2012 tentang Pedoman Umum Tagana dan Peraturan Menteri Sosial RI Nomor: 29 tahun 2012 tentang Tagana dan memperbaharui Peraturan Menteri Sosial Nomor: 82 tahun 2006 tentang TAGANA, lebih jelas eksistensinya dan pembinaannya serta pengembangan tugas mulai dari logistik shelter, evakuasi, pendampingan psikososial dan advokasi sosial penanggulangan bencana.
Jumlah tagana sebanyak 37.817 yang tersebar di seluruh Indonesia, merupakan potensi yang sangat berharga namun jumlah ini belum sepadan dengan kerawanan dan luasnya negara kita.
Karenanya, Kemensos berupaya meningkatkan kuantitas dan kualitas Tagana sebagai "Front Liner" dalam penanggulangan bencana.
Seperti diketahui, wilayah Indonesia termasuk wilayah ring of fire bencana.
Harus paling cepat berada di lokasi bencana
Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa sistem deteksi dini (early warning system) harus dibangun di semua wilayah yg beresiko bencana, termasuk sistem respon yang tepat untuk pengurangan risiko bencana.
Menteri Sosial Agus Gumiwang memastikan upaya deteksi dini berbasis komunitas merupakan prioritas alternatif penanggulangan bencana, yang diperankan TAGANA dan KSB.
Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial dalam sambutannya menyatakan bahwa komitmen sebagai relawan sejati tetap harus terjaga dan sebagai relawan sosial perlu memiliki komitmen, kemampuan dan militansi dalam penanggulangan bencana.
TAGANA selalu hadir di tengah-tengah masyarakat. Di antara relawan lain, TAGANA-lah harus paling cepat berada di lokasi bencana, karena TAGANA berasal dari lingkungan komunitas setempat. Satu jam sudah berada di lokasi bencana" imbuh Harry lagi.
"Selain masyarakat harus tangguh dalam penanganan bencana alam, maka kita pastikan masyarakat harus rukun dan tentram sehingga kita mendapatkan kebahagiaan lahir dan bathin. Selain itu, pendamping PKH wajib hadir dan bahu membahu dengan tagana. Untuk menambah kekuatan korps TAGANA. Lakukan sesuatu yg sanggup saudara lakukan!," demikian Harry juga memotivasi para pendamping PKH yang turut hadir dalam acara bakti sosial.
Dalam acara juga dilakukan penyerahan bantuan kepada Forum Keserasian Sosial senilai Rp150 Juta dan bantuan Kearifan Lokal senilai Rp50 Juta dari Dirjen Linjamsos kepada Wakil Gubernur Provinsi Kalbar, untuk diserahkan pada para penerima bantuan.
Dalam sambutannya, Wakil Gubernur Provinsi Kalbar (Ria Norsan) menekankan: Pemerintah kota dan kabupaten harus mengalokasikan dana pembinaan/insentif tagana di lokasinya masing-masing. Jangan dilihat besarannya tetapi berikhlaslah sebagai ladang amal kita.
Mari bersatu untuk menanggulangi bencana di Kalimantan Barat. Acara diakhiri dengan atraksi cepat Pemasangan Tenda Serbaguna, peninjauan Dapur Umum, Pengobatan Gratis, serta foto bersama. (RLs/Humas Kemensos/ANT/BPJ).
"TAGANA Siap 1 Jam di Lokasi Bencana", Bakti Sosial Taruna Siaga Bencana Kalbar 2018
Rabu, 7 November 2018 19:00 WIB
Di antara relawan lain, TAGANA-lah harus paling cepat berada di lokasi bencana, karena TAGANA berasal dari lingkungan komunitas setempat.