Bogor (Antaranews Megapolitan) - Kini masyarakat dapat menikmati makanan siap saji dengan aman tanpa khawatir pada dampak negatif yang ditimbulkan oleh pengawet sintetis. Pasalnya tiga mahasiswa Departemen Biokimia, Institut Pertanian Bogor (IPB) mengembangkan bahan pengawet alami.
Inovasi ini mereka usulkan ke Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PKM-PE) 2018 dan berhasil mendapatkan dana hibah dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) RI.
Salma Dienta Salsabila, Difky Ernanda, dan Agung Isnanto mengembangkan pengawet antibakteri berbasis glukosa oksidase nanopartikel teramobilisasi dari Aspergillus niger IPBCC.08.610 sebagai bahan potensial pengawet pangan industri.
Senyawa hidrogen peroksida dari glukosa oksidase dipilih karena dinilai aman dan lebih ekonomis dibandingkan bahan pengawet sintetik lainnya. Selain itu, aman juga untuk diaplikasikan pada bahan baku maupun produk pangan dengan kadar tertentu. Adapun Aspergillus niger biasa digunakan sebagai sumber glukosa oksidase pada skala industri karena memiliki produktivitas yang tinggi dan efektivitas yang baik sebagai antibakteri.
“Enzim glukosa oksidase yang digunakan berasal dari isolat lokal Aspergillus niger IPBCC.08.610 yang diisolasi dari tanaman pagar daerah Tarakan Kalimantan Utara,” tutur Salma, Ketua Tim. Selain itu lanjut Salma, enzim glukosa oksidase pada nanokitosan mampu meningkatkan kinerja hidrogen peroksida sebagai antibakteri dalam menghambat aktivitas mikroba pangan, karena glukosa oksidase dapat digunakan secara berulang.
“Keunggulan lainnya, produksi hidrogen peroksida secara enzimatis mudah dikendalikan sehingga lebih efisien,” jelas Salma.
Di bawah bimbingan Dr. Laksmi Ambarsari pengembangan pengawet alami tersebut memilih matriks yang memiliki ukuran skala nanopartikel. Matriks yang memiliki ukuran skala nanopartikel akan memberikan lapisan yang tipis dan stabil dengan aktivitas glukosa oksidase yang besar. (NA/Zul).
Nanopartikel kitosan, pengawet aman temuan mahasiswa IPB
Kamis, 20 September 2018 14:03 WIB
Enzim glukosa oksidase yang digunakan berasal dari isolat lokal Aspergillus niger IPBCC.08.610 yang diisolasi dari tanaman pagar daerah Tarakan Kalimantan Utara.