Jakarta (ANTARA) - Tayangan televisi dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap tumbuh kembang anak, baik secara positif maupun negatif, tergantung pada jenis konten dan pengawasan dari orang tua.
“Bisa positif dan negatif (dampak tayangan televisi),” kata Psikolog Klinis Anak dan Remaja dari Universitas Indonesia Vera Itabiliana Hadiwidjojo saat dihubungi dari Jakarta, Minggu.
Tayangan edukatif yang sesuai dengan usia anak serta didampingi orang tua dapat memperluas kosakata, menambah pengetahuan, hingga mengenalkan nilai moral serta sosial.
Tayangan yang mengandung kekerasan, bahasa kasar, atau konten dewasa berpotensi menimbulkan dampak negatif seperti perilaku meniru yang tidak sesuai, penurunan empati, hingga gangguan tidur dan konsentrasi.
Anak bisa meniru perilaku yang tidak tepat, menjadi kurang peka, dan mengembangkan kebiasaan pasif seperti kurang bergerak, kurang interaksi sosial. Selain itu, terlalu banyak menonton TV juga dapat mengganggu konsentrasi, tidur, hingga perkembangan fisik karena berkurangnya aktivitas motorik.
Hal senada disampaikan Psikolog Klinis Anak dan Remaja dari Universitas Indonesia Ratih Zulhaqqi menjelaskan bahwa televisi memengaruhi beberapa aspek perkembangan anak, mulai dari kognitif, emosional, sosial, hingga fisik.
Tayangan yang positif dapat mendukung kreativitas dan kemampuan sosial anak, sedangkan tayangan negatif dapat memicu kecemasan, kemarahan, hingga perilaku antisosial.
Ada perkembangan emosi yang terpengaruh, anak belajar meniru ekspresi emosi dari apa yang mereka lihat. Misalnya tayangan dengan konflik agresif itu bisa meningkatkan risiko anak jadi mudah marah atau mudah cemas.
Keduanya menekankan pentingnya memilih tayangan yang edukatif, berbahasa santun, serta memiliki visual yang ramah anak.
Orang tua juga disarankan untuk mendampingi dan membatasi durasi menonton sesuai usia anak, agar televisi dapat menjadi alat belajar dan bukan menjadi hal negatif bagi perkembangan buah hati.
Televisi masih menjadi salah satu sumber hiburan dan informasi utama dalam rumah tangga Indonesia, meski saat ini harus bersaing dengan gempuran konten dari platform digital.
Bertepatan dengan Hari Televisi Nasional yang diperingati 24 Agustus, pertanyaan mendasar kembali mengemuka: apakah televisi membawa manfaat bagi anak-anak, atau justru sebaliknya?
Tayangan televisi memiliki pengaruh signifikan terhadap tumbuh kembang anak, baik dari sisi kognitif, emosi, sosial, maupun fisik, seperti yang dikatakan Psikolog jebolan Universitas Indonesia (UI), Ratih Zulhaqqi, dan Psikolog Klinis Anak dan Remaja dari Lembaga Psikologi UI Vera Itabiliana Hadiwidjojo dalam wawancara dengan Antara, Minggu.
Namun, kuncinya terletak pada pemilihan konten yang tepat dan keterlibatan aktif orang tua dalam menyaring serta mendampingi tontonan.
Dua sisi televisi: Antara edukasi dan ancaman perilaku
Vera menjelaskan, dampak televisi bagi anak sangat bergantung pada jenis tayangannya. Bisa positif dan negatif.
Jika tayangan bersifat edukatif, sesuai usia, dan disaksikan dengan pendampingan orang tua, maka anak bisa memperkaya pengetahuan, memperluas kosa kata, hingga belajar nilai moral dan sosial.
Sebaliknya, jika yang dikonsumsi adalah tayangan dengan kekerasan, kata-kata kasar, atau unsur dewasa, maka anak rentan meniru perilaku yang tidak sesuai.
Lebih lanjut, terlalu lama menatap layar juga memicu kebiasaan pasif, mengganggu tidur, hingga menurunkan konsentrasi.
Jika tayangan buruk, anak bisa meniru perilaku yang tidak tepat, menjadi kurang peka, dan mengembangkan kebiasaan pasif seperti kurang bergerak, kurang interaksi sosial. Selain itu, terlalu banyak menonton TV juga dapat mengganggu konsentrasi, tidur, hingga perkembangan fisik karena berkurangnya aktivitas motorik.
Senada dengan itu, Ratih menyebut bahwa televisi bisa mempengaruhi berbagai aspek perkembangan anak secara tidak langsung. Misalnya perkembangan kognitif, bahasa, kreativitas, bahkan emosi dan kemampuan sosial mereka.
Tayangan yang mengandung konflik agresif bisa meningkatkan risiko anak mudah marah atau cemas, sementara tayangan penuh empati dan kerja sama justru mengasah keterampilan sosial.
Siaran tangguh, anak tangguh
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi menilai gelaran Anugerah Penyiaran Ramah Anak di (APRA) yang bertajuk “Siaran Tangguh, Anak Tangguh, Melindungi dan Menginspirasi Generasi Penerus Bangsa” merupakan bentuk perhatian Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) bagi anak dan kemajuan bangsa.
“Apresiasi setinggi-tingginya kepada KPI yang secara konsisten memberikan perhatian kepada anak-anak kita yang tentu berperan besar dalam melahirkan generasi unggul dan berdaya saing demi kemajuan bangsa,” ujar Arifah dalam gelaran APRA 2025 di Jakarta.
Penghargaan bagi insan penyiaran menurutnya merupakan sebuah keberanian dalam menjaga kualitas dan keberpihakan pada anak. Upaya pemenuhan dan keinginan anak tentu menjadi kunci untuk memaksimalkan potensi anak dalam tumbuh dan berkembang.
Ia turut mengapresiasi insan penyiaran yang senantiasa berkomitmen menghadirkan program-program yang menghibur sekaligus mendidik.
Penghargaan ini merupakan bentuk komitmen dalam mendorong lembaga penyiaran terus menghadirkan program-program yang layak dan bermanfaat bagi anak Indonesia.
Pada kesempatan yang sama Ketua KPI Pusat Ubaidilah mengatakan bahwa gelaran APRA 2025 menjadi langkah kolaboratif dalam mencetak generasi anak-anak yang memiliki daya saing tinggi lewat asupan informasi yang mengandung nilai pendidikan.
Anugerah penyiaran anak-anak merupakan langkah strategis KPI untuk menjaga stabilitas informasi di radio dan televisi, agar program siaran yang ramah bagi anak dan layak dikonsumsi.
"Kami sepenuhnya menyadari bahwa informasi yang benar, informasi yang sesuai dengan tumbuh kembang anak bagi mereka untuk membagikan fokus misi, membentukkan karakter dan perilaku termasuk rangsangan mereka untuk terus memberikan yang terbaik dalam karya dan perusahaannya," katanya.
Adapun para pemenang gelaran APRA 2025 adalah sebagai berikut:
1. Program Animasi Indonesia oleh Mentari TV dengan judul program Wakakibo Komodo
2. Program Animasi Asing oleh Mentari TV dengan program Bluey Session
3. Program Feature/ Dokumenter Nusantara TV dengan program Abraham
4. Program Variety/Reality Show Anak oleh Trans 7 program Arisan Liburan episode farmer
5. Program Keluarga Indonesia oleh TVRI program Buah hatiku sayang: Belajar budi pekerti melalui dongeng klasik.
6. Program Pendidikan Anak oleh GTV program Dunia Hand Made Siput
7. Program Anak Inspiratif oleh Trans 7 program si Bolang episode cerita bocah pendamping Timnas
8. Program Anak Radio oleh RRI Bukit Tinggi - Anak cerdas edisi TK Restu Ibu
9. Program Dongeng Radio oleh Radio Sonora Jakarta program DoRa (Dongeng Sonora)
10. Program Anak Terfavorit 2025 oleh TVRI dengan program Mari Menggambar
Selain itu, KPI juga memberikan enam penghargaan terhadap lembaga penyiaran dengan kategori sebagai berikut:
1. Radio Terbaik APRA 2025: RRI
2. Radio Peduli Anak Indonesia: RRI Denpasar
3. Lembaga Penyiaran Publik Lokal Peduli Anak: Radio Suara Lumajang
4. Televisi Ramah Anak 2025: TVRI
5. Televisi Peduli Pendidikan Anak Indonesia: TVRI
