Samarinda (ANTARA) - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Provinsi Kalimantan Timur melaksanakan kegiatan skrining kesehatan dengan menyasar pada anak balita yang ada di daerah dalam upaya menekan angka stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis.
Ketua IDAI Kaltim Diane Meytha Supit di Samarinda, Minggu, menjelaskan kegiatan tersebut merupakan program tanggung jawab sosial pediatri.yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak, khususnya di fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas, melalui pendampingan dokter spesialis anak.
"Kami telah melakukan penyuluhan untuk kader kesehatan, kegiatan berlanjut dengan bakti sosial dan skrining tumbuh kembang anak di Puskesmas Lok Bahu, Kecamatan Sungai Kunjang, Samarinda," jelasnya
Baca juga: Pemkab Aceh Besar berupaya perkuat jangkauan layanan kesehatan
Menurut Diane kader posyandu memegang peran vital dalam deteksi dini gangguan tumbuh kembang.
“Kader adalah garda terdepan yang berinteraksi langsung dengan ibu hamil, ibu menyusui, dan orang tua balita. Mereka harus paham cara membaca buku KIA, menimbang, dan mengukur tinggi badan dengan benar agar data akurat,” katanya.
Kesalahan pengukuran, kata Diane, bisa berakibat fatal: anak sehat tercatat stunting, atau sebaliknya.
"Data akurat sangat penting untuk penanganan tepat. Jika terdeteksi di posyandu, anak bisa cepat dirujuk ke puskesmas,” tambahnya.
Baca juga: PT Timah latih 30 orang kader kesehatan cegah stunting
Skrining kali ini dilakukan serentak di 10 kabupaten dan kota di Kaltim. Lokasi Puskesmas Lok Bahu dipilih menjadi pusat kegiatan karena memiliki jumlah balita stunting cukup tinggi.
"Hari ini ada sekitar 100 anak yang diskrining ulang di Lok Bahu,” ungkap Diane.
Program ini didukung Dinas Kesehatan setempat, tenaga medis Puskesmas, dan dokter spesialis anak dari IDAI.
Daerah pelosok seperti Mahakam Ulu yang minim tenaga spesialis juga mendapatkan layanan melalui program Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS).
Baca juga: Situbondo alokasikan insentif kader posyandu sebesar Rp2,8 miliar
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Samarinda, Rudy Agus Riyanto, menilai kolaborasi lintas profesi sangat krusial.
“Angka stunting di Samarinda 20,2 persen. Target kami pada 2029 adalah 18,3 persen, di bawah target nasional 19 persen. Kalau programnya konsisten, saya optimis penurunannya bisa lebih cepat,” ujarnya.
Rudy juga menekankan pentingnya dukungan media untuk edukasi publik. “Dinkes tidak bisa bekerja sendiri,” ujarnya.
IDAI Kaltim berharap jangkauan layanan kesehatan anak semakin luas, terutama di wilayah dengan angka stunting tinggi, demi membangun generasi Kaltim yang lebih sehat dan kuat.
