Probolinggo (ANTARA) - Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid (PPNJ) Paiton, Kabupaten Probolinggo KH Moh Zuhri Zaini menuturkan bahwa puasa menjadi jalan umat Islam menuju kesehatan fisik dan ketenangan batin.
"Jika (puasa) dilakukan dengan sungguh-sungguh, Ramadhan akan menjadi momentum peningkatan diri, sambutlah bulan suci ini dengan kegembiraan dan kesungguhan dalam beribadah," ujarnya saat memberikan tausiah kepada santri mengenai esensi Bulan Suci Ramadhan di Aula 2 Ponpes Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, Jawa Timur, Rabu.
Ia menyampaikan Ramadhan bulan yang penuh kemuliaan karena di dalamnya Al Quran diturunkan sebagai pedoman hidup umat manusia.
Dia menjelaskan Allah memberikan petunjuk melalui Al Quran yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai bekal hidup manusia agar tidak tersesat.
"Al Quran bukan sekadar untuk dibaca, tetapi harus dikaji, dipahami, dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari," kata dia.
Baca juga: Ajarkan anak berpuasa dengan cara yang menyenangkan
Baca juga: Puasa sambil kerja jangan sampai dehidrasi, ini pesan dokter
Sebagai bentuk syukur atas anugerah besar berupa Al Quran, ujarnya, Allah mewajibkan umat Islam untuk berpuasa.
Puasa, kata Kiai Zuhri, bukan hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga latihan disiplin diri dalam mengendalikan hawa nafsu dan meningkatkan ketakwaan.
"Syukur tidak selalu berarti makan bersama, justru dengan berpuasa, kita bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan," katanya.
Kiai Zuhri mengatakan bahwa mengamalkan ajaran Al Quran bukan perkara mudah, karena manusia sering tergoda oleh hawa nafsu.
Oleh karena itu, katanya, puasa juga menjadi sarana latihan menahan diri agar lebih mudah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Baca juga: Lima aplikasi ini bisa jadi penunjang ibadah selama Ramadhan
"Jika kita mampu mengendalikan nafsu maka menjalankan perintah Allah akan terasa ringan, dan menjauhi larangan-Nya pun tidak akan menjadi beban," kata dia.
Kepada santri, dia juga mengatakan pentingnya membangun kebiasaan baik dalam kehidupan sehari-hari.
Ia menyebut kebiasaan baik atau buruk lahir dari hal yang dilakukan secara berulang.
"Kebiasaan tidak selalu baik, ada kebiasaan yang buruk, dan ada yang baik. Maka, jika ingin terbiasa dalam kebaikan, biasakanlah melakukan sesuatu yang baik sejak sekarang," demikian Kiai Zuhri.