Bogor (Antara Megapolitan) - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo memetakan tantangan pertahanan negara kepada ratusan mahasiswa yang hadir dalam kuliah umum di Universitas Pertahanan Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis.
"Tantangan yang kita hadapi jelas, terorisme, radikalisme, korupsi, narkoba, ketimpangan sosial dan kuncinya di wilayah perbatasan," katanya saat memberikan kuliah umum dengan tema Kesadaran Bela Negara Memperkokoh Persatuan dan Kesatuan Bangsa di Universitas Pertahanan, Bogor.
Mendagri memetakan keterhubungan pulau terluar Indonesia satu dengan lainnya menjadi sangat penting dalam menghadapi tantangan pertahanan itu.
Beberapa wilayah yang menjadi lokasi strategis pertahanan di antaranya pulau yang berbatasan atau berdekatan dengan negara Filipina, Malaysia, Singapura, Australia, Papua Nugini dari pulau luar di Provinsi Aceh, Maluku hingga NTT.
Karena dari wilayah tersebut banyak masuk hal-hal yang merusak bangsa dari berbagai sisi sosial maupun ekonomi. Atas hal itu pembangunan infrastruktur ekonomi dan infrastruktur sosial menjadi program unggulan pemerintah. Gunanya untuk menangkal mudahnya ancaman berupa narkoba, terorisme dan radikalisme serta penyelunupan masuk ke wilayah Indonesia, khususnya daerah perbatasan, tuturnya.
Pembangunan fisik infrastruktur yang mendukung pertahanan di wilayah luar Indonesia itu sesuai program nawacita Presiden Joko Widodo, ditargetkan selesai pada akhir 2018.
Tjahjo menyebutkan peranan mahasiswa kemudian diperlukan untuk mengkaji segala hal tentang penguatan pertahanan bangsa terhadap ancaman yang banyak masuk dari wilayah perbatasan.
Beriringan juga dengan bagaimana mengisi dan melengkapi upaya pertahanan itu dengan adanya peningkatan fasilitas masyarakat. Seperti bangunan sekolah dan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) yang lengkap dengan sumber daya manusia SDM) yang cukup.
Di wilayah terluar Indonesia, menurut Tjahjo ancaman penyelunupan narkoba yang merusak generasi bangsa hingga penyelunupan orang, angka kematian ibu hamil dan kanker serviks masih sangat tinggi.
"Unhan saya harap bisa memberikan pola pikir kepada mahasiswanya secara komprehensif integral menghadapi tantangan kebangsaan yang ada," ujarnya.
Rektor Unhan Letjen TNI Dr I Wayan Midhio menyatakan kurikulum Unhan di desain untuk memberi pemahanan terhadap tantangan itu sekaligus mencarikan solusinya.
"Begitu keluar dari Unhan mahasiswa kami diharapkan sudah siap, karena dari kuliah mereka bahkan sudah praktik mengajar bela negara untuk berbagi ilmu kepada masyarakat," katanya.