Sumbawa (ANTARA) - Pada Oktober 2024, sebanyak 11 peneliti dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan mengarungi perairan Teluk Saleh seluas 1.459 kilometer persegi yang membentang di bagian utara Pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Kolaborasi ekspedisi ilmiah itu bertujuan untuk memahami keanekaragaman ikan, keanekaragaman terumbu karang, dan melakukan survei guna menilai sumber makanan bagi hiu paus.
Focal Species Conservation Senior Manager dari Yayasan Konservasi Indonesia (KI) Iqbal Herwata mengatakan kehidupan harmonis antara manusia dengan hiu paus terjadi di Teluk Saleh.
Hewan bernama latin Rhincodon typus tersebut selalu mengerumuni kapal-kapal bagang untuk memakan ikan-ikan kecil dan udang rebon yang tidak dibawa pulang oleh para nelayan. Kapal bagan atau bagang adalah kapal tradisional untuk menangkap ikan yang biasa digunakan oleh nelayan di Labuan Bajo.
"Kami ingin memberikan bukti (melalui ekspedisi riset) terkait manfaat membangun kawasan konservasi hiu paus, sehingga kami mendata keanekaragaman ikan, terumbu karang, dan kesehatan mangrove sebagai sumber makanan hiu paus," kata Iqbal saat diwawancarai di Pusat Edukasi Hiu Paus di Desa Labuan Jambu, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, pada awal Februari 2025.
Para ilmuwan menemukan 570 ikan dalam ekspedisi riset yang berlangsung selama delapan hari. Melalui peneliti itu terungkap alasan hiu paus berada di Teluk Saleh adalah untuk mencari makan dan mencari perlindungan.
Kawasan konservasi
Teluk Saleh berlokasi di jantung Indo-Pasifik, dan menjadi penambatan penting bagi hiu paus. Berdasarkan penelitian yang berlangsung pada tahun 2017 sampai 2022 teridentifikasi ada 108 individu hiu paus di Teluk Saleh, sehingga menjadikan kawasan itu sebagai habitat hiu paus terbesar kedua setelah Teluk Cenderawasih di Papua Barat.
Teluk Saleh tak hanya sekadar habitat, tetapi juga area pengasuhan bagi hiu paus muda berukuran rata-rata enam meter yang didominasi jenis kelamin jantan. Hiu paus mampu bermigrasi sejauh lebih dari 15.000 kilometer dan menyelam hingga kedalaman 2.000 meter.
Lokasi perairan yang semi tertutup oleh keberadaan Pulau Mojo membuat hiu paus setia dengan Teluk Saleh. Kawasan itu adalah tempat perlindungan yang sempurna bagi hiu paus karena mereka terlindungi dari berbagai ancaman laut lepas.
Hiu paus saat lahir berukuran kecil sekitar 40-50 sentimeter dan bisa tumbuh hingga 18 meter. Beberapa kali nelayan lokal menemukan anak-anak hiu paus yang menandakan bahwa mereka lahir di dekat Teluk Saleh.
Sumber makanan yang melimpah dan lokasi perairan yang terlindungi membuat 77 persen dari populasi hiu paus di Teluk Saleh kembali beberapa kali dalam 5 sampai 6 tahun, bahkan hingga 10 kali. Hal itu menandakan bahwa Teluk Saleh adalah rumah yang nyaman, bahkan ada beberapa individu hiu paus yang diteliti para ilmuwan selama bertahun-tahun tidak keluar dari perairan Teluk Saleh.

Konservasi Indonesia bersama Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat sedang menyusun rencana zonasi kawasan konservasi untuk melindungi spesies hiu paus di Teluk Saleh. Zonasi itu agar tidak ada irisan dengan area aktivitas nelayan dan pariwisata dalam pembangunan deliniasi ruang.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTB Muslim mengatakan kegiatan konservasi tidak hanya melindungi ekosistem biota hiu paus, ikan-ikan karang, hingga predator besar, tetapi juga memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat lokal yang menggantungkan hidup dari aktivitas perikanan maupun pengelolaan wisata.
Saat ini hanya 23 persen atau 6.000 hektare dari area penambatan hiu paus teridentifikasi yang berada di bawah perlindungan dua kawasan konservasi laut di Teluk Saleh. Oleh karena itu, kawasan perlindungan perlu diperluas agar optimal menjaga habitat hewan pengembara lautan bersuhu hangat tersebut.
Baca juga: Pusat edukasi hiu paus resmi dibuka di Teluk Saleh NTB
Baca juga: Destinasi pengamatan hiu paus di NTB kian diminati
Baca juga: Yuk, wisata ke Teluk Saleh di Pulau Sumbawa