"Ibadah kurban bukan hanya soal menyembelih hewan, tetapi juga tentang menyembelih sifat-sifat egois, rakus, dan mementingkan diri sendiri yang ada dalam diri kita," kata Menag melalui video di Jakarta, Senin.
Gus Men, sapaan akrabnya menekankan ibadah kurban memiliki dimensi sosial yang sangat kuat.
Baca juga: Menag pastikan makanan untuk jamaah calon haji lansia disesuaikan dengan kebutuhan
Baca juga: Menteri Agama imbau agama tak dijadikan candaan politik
Dengan berkurban, lanjutnya, manusia berbagi rezeki terhadap sesamanya, yang kemudian menjadi simbol solidaritas dan kepedulian sosial.
"Ketika sifat-sifat egois dan mementingkan diri sendiri dapat disembelih, maka akan terbentuk masyarakat yang lebih adil dan harmonis," ujarnya.
Nabi Ibrahim alaihi salam (a.s) kata Gus Men, telah memberikan contoh kepada umat manusia betapa besar pengorbanan itu harus dilakukan.
Beliau, sambungnya, mengorbankan anaknya, Nabi Ismail a.s, demi mematuhi perintah Allah Subhanahu Wa Ta'ala (SWT), yang lalu digantikan dengan seekor domba sebagai bukti kasih sayang dan rahmat-Nya.
"Ibadah kurban mengandung pesan yang sangat mendalam tentang ketabahan ketaatan dan pengorbanan yang sudah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim a.s. Ibadah kurban mengajarkan kepada kita bahwa kecintaan kepada Allah SWT harus menjadi prioritas utama melebihi kecintaan kepada makhluk," ucapnya.
Baca juga: Yaqut Cholil Qoumas: Rasulullah jadi contoh dalam kebaikan dan kemanusiaan
Untuk itu, Menag mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha 1445 Hijriah kepada seluruh umat Islam di Indonesia.
Ia berharap semangat Idul Adha menjadi inspirasi bagi umat Islam di Indonesia untuk tetap teguh dalam ketaatan kepada Allah SWT untuk terus berusaha menebar kebaikan di lingkungan sekitar.
"Mari kita jadikan hari raya ini sebagai momentum untuk memperkuat iman dan takwa, serta meningkatkan kualitas hidup bermasyarakat dengan selalu mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan kepedulian terhadap sesama," tutur Menag Yaqut Cholil Qoumas.