Lubuk Basung (ANTARA) - Resor Konservasi Wilayah II Maninjau Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat, menerima laporan konflik satwa liar jenis harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) dengan manusia secara bersamaan di tiga kecamatan di Kabupaten Agam.
"Laporan tersebut kita terima dari pemerintah nagari atau desa adat pada Selasa (18/11)," kata Kepala Resor Konservasi Wilayah II Maninjau BKSDA Sumbar Ade Putra di Lubuk Basung, Kamis.
Ia mengatakan laporan pertama di Koto Tinggi, Nagari atau Desa Ampek Koto Palembayan, Kecamatan Palembayan, dimana harimau sumatera muncul di lahan perkebunan masyarakat setempat.
Laporan kedua di Koto Tabang, Nagari Koto Tinggi, Kecamatan Palupuh, dimana harimau memangsa lima bebek dan satu angsa milik warga setempat.
Setelah itu laporan ketiga di Bantiang, Nagari Malalak Barat, Kecamatan Malalak setelah warga setempat melihat ada dua individu harimau sumatera.
"Untuk di Koto Tinggi dan Koto Tabang konflik ini sudah berulang kali terjadi, karena merupakan pelintasan harimau," katanya.
Baca juga: BKSDA Sumbar pasang satu kandang jebak untuk evakuasi harimau di Pagadih Agam
Ia menambahkan petugas BKSDA Sumbar, beserta Tim Patroli Anak Nagari (Pagari) Baringin dan Mahasiswa Kehutanan Universitas Riau telah turun ke tiga lokasi konflik tersebut untuk verifikasi lapangan, wawancara dengan saksi mata dan mencari keberadaan satwa tersebut berupa cakaran, jejak kaki dan kotoran.
Setelah itu memasang kamera trap atau jebak dalam mendapatkan visual dari satwa.
"Tiga konflik sudah ditangani dan kita telah memasang kamera jebak di Koto Tinggi dan Koto Tabang," katanya.
Ia mengakui penyebab harimau muncul dari prilaku satwa itu yakni, harimau dalam kondisi sakit atau cacat, sehingga daya tahan hidup, survival atau berburu mangsa di alam menjadi berkurang.
Baca juga: Harimau muncul saat warga Agam ini berburu babi
Dengan kondisi itu, harimau cenderung mencari sumber air atau pakan yang berada di sekitar permukiman dan kebun, sehingga sering memangsa ternak warga.
Lalu ketika induk harimau habis melahirkan. Kecenderungannya induk harimau akan menjauhkan anak-anaknya dari individu lainnya terutama pejantan dewasa, karena merasa terancam diganggu bahkan dibunuh oleh individu lainnya.
"Induk harimau menjauhkan anak-anaknya dari pejantan, agar tidak diganggu atau dibunuh, karena harimau sifatnya soliter dan menguasai wilayah yang ditandai," katanya.
Setelah itu musim kawin atau reproduksi satwa tersebut. Dimana harimau pejantan dan betina dewasa bakal mencari tempat atau lokasi yang terhindar dari individu lainnya.
Ini akibat harimau pejantan bakal bersaing untuk memperebutkan harimau betina atau sebaliknya betina lainnya memperebutkan harimau pejantan.
Untuk terakhir, menjelang masa sapih, dimana induk harimau akan berpisah dengan anaknya ketika menjelang usia dua tahun.
Baca juga: Bertemu Harimau Sumatera di hutan Agam
Untuk itu, induk harimau mengajarkan anaknya untuk berburu mencari mangsa.
"Biasanya dengan hewan ternak peliharaan milik warga yang mudah diperoleh di sekitar hutan," katanya.
Dalam rangka mitigasi konflik antara manusia dan satwa liar, BKSDA Sumbar menyarankan masyarakat agar tetap waspada dan berhati-hati ketika beraktivitas di kebun, sawah dan ladang.
Mengupayakan untuk tidak sendiri ketika beraktivitas di kebun, sawah dan ladang. Mengkandangkan ternak berupa kerbau, sapi, anjing dan kambing dengan aman.
Setelah itu membatasi waktu beraktivitas di kebun, sawah dan ladang paling lama pukul 17.00 WIB. Menghindari penggunaan jerat yang tidak terkendali dan memastikan kebenaran informasi kemunculan satwa kepada petugas sebelum menyebarkannya.
Ia mengakui penyebab harimau muncul dari prilaku satwa itu yakni, harimau dalam kondisi sakit atau cacat, sehingga daya tahan hidup, survival atau berburu mangsa di alam menjadi berkurang.
Baca juga: Harimau muncul saat warga Agam ini berburu babi
Dengan kondisi itu, harimau cenderung mencari sumber air atau pakan yang berada di sekitar permukiman dan kebun, sehingga sering memangsa ternak warga.
Lalu ketika induk harimau habis melahirkan. Kecenderungannya induk harimau akan menjauhkan anak-anaknya dari individu lainnya terutama pejantan dewasa, karena merasa terancam diganggu bahkan dibunuh oleh individu lainnya.
"Induk harimau menjauhkan anak-anaknya dari pejantan, agar tidak diganggu atau dibunuh, karena harimau sifatnya soliter dan menguasai wilayah yang ditandai," katanya.
Setelah itu musim kawin atau reproduksi satwa tersebut. Dimana harimau pejantan dan betina dewasa bakal mencari tempat atau lokasi yang terhindar dari individu lainnya.
Ini akibat harimau pejantan bakal bersaing untuk memperebutkan harimau betina atau sebaliknya betina lainnya memperebutkan harimau pejantan.
Untuk terakhir, menjelang masa sapih, dimana induk harimau akan berpisah dengan anaknya ketika menjelang usia dua tahun.
Baca juga: Bertemu Harimau Sumatera di hutan Agam
Untuk itu, induk harimau mengajarkan anaknya untuk berburu mencari mangsa.
"Biasanya dengan hewan ternak peliharaan milik warga yang mudah diperoleh di sekitar hutan," katanya.
Dalam rangka mitigasi konflik antara manusia dan satwa liar, BKSDA Sumbar menyarankan masyarakat agar tetap waspada dan berhati-hati ketika beraktivitas di kebun, sawah dan ladang.
Mengupayakan untuk tidak sendiri ketika beraktivitas di kebun, sawah dan ladang. Mengkandangkan ternak berupa kerbau, sapi, anjing dan kambing dengan aman.
Setelah itu membatasi waktu beraktivitas di kebun, sawah dan ladang paling lama pukul 17.00 WIB. Menghindari penggunaan jerat yang tidak terkendali dan memastikan kebenaran informasi kemunculan satwa kepada petugas sebelum menyebarkannya.
