Samarinda (ANTARA) - Rehabilitasi dan restorasi mangrove oleh Universitas Mulawarman bersama mitra di kawasan Delta Mahakam, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (Kaltim) tidak hanya berfungsi memulihkan ekosistem pesisir, tetapi juga memberikan dampak ganda dengan memberdayakan masyarakat lokal.
"Kunci keberhasilan dari setiap program restorasi adalah ketika masyarakat sekitar merasakan manfaat langsung dan akhirnya menjadi penjaga utama ekosistem tersebut," ujar Guru Besar Kehutanan Universitas Mulawarman (Unmul) Prof Irawan Wijaya Kusuma di Samarinda, Selasa.
Ia menyatakan program kolaborasi antara Unmul bersama Pertamina, Pertamina Hulu Mahakam dan Pertamina Foundation ini merupakan contoh sinergi yang memadukan konservasi lingkungan dan pemberdayaan ekonomi.
"Apa yang kita lihat di Delta Mahakam adalah sebuah model komprehensif yang mengintegrasikan pemulihan alam dengan peningkatan kualitas hidup warga," kata Dekan Fakultas Kehutanan Unmul itu.
Baca juga: Gubernur DKI ajak siswa rutin tanam mangrove di kawasan PIK
Baca juga: Semen Indonesia tanam 17.845 bibit bakau di Pantai Bahak Jatim
Prof Irawan memaparkan program restorasi Delta Mahakam berjalan dalam tiga fase sejak tahun 2022 hingga 2024.
Fase pertama pada 2022 mencakup area seluas 52,3 hektare dengan penanaman 700.000 bibit mangrove. Fase kedua pada 2023 di area 31,5 hektare dengan 589.000 bibit, dan fase ketiga pada 2024 menargetkan 37,2 hektare dengan 372.000 bibit mangrove.
"Seluruhnya lebih dari 1,6 juta bibit mangrove ditanam di lahan seluas 121 hektare," kata dia.
Menurut Prof Irawan, pemulihan ekosistem ini menjadi harapan baru bagi keanekaragaman hayati Delta Mahakam.
Kawasan ini merupakan habitat penting bagi berbagai spesies fauna dilindungi, termasuk bekantan (nasalis larvatus) yang berstatus terancam punah, monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), serta puluhan jenis burung, seperti elang ikan kepala kelabu (Ichthyophaga ichthyaetus) hingga pecuk ular (Anhinga melanogaster).
"Dengan pulihnya hutan mangrove, rantai makanan dan siklus hidup mereka kembali seimbang," jelasnya.
Baca juga: Babel tanam 4.700 hektare hutan mangrove
Sementara itu, aspek pemberdayaan masyarakat menjadi fondasi yang membuat program ini berkelanjutan. Prof Irawan menyoroti berbagai kegiatan yang secara langsung melibatkan dan menguntungkan warga.
Program tersebut mencakup pelibatan langsung masyarakat dalam proses penanaman, penyediaan fasilitas persemaian desa, hingga pelatihan budi daya perikanan berbasis smart silvofishery yang ramah lingkungan.
Selain itu, masyarakat juga diberi pelatihan untuk mengolah produk turunan mangrove, seperti pemanfaatan nira nipah untuk persiapan produksi etanol, yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Fasilitas pendukung kehidupan masyarakat, katanya, juga dibangun, seperti instalasi pemanenan air hujan, fasilitas hidroponik untuk ketahanan pangan, serta pemasangan lampu jalan bertenaga surya yang ramah lingkungan dan mengurangi biaya energi.
