Sumber minyak ikan kaya akan omega-3 saat ini belum banyak dimanfaatkan, seperti sisa produksi ikan tuna. Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM-P), Hafizh Abdul Aziz dan empat orang rekannya yang merupakan mahasiswa IPB melakukan penelitian untuk memanfaatkan hasil samping produksi tuna yaitu minyak ikan mata tuna.
Penelitian yang mereka lakukan bertujuan untuk merancang produk weaning food atau makanan pendamping air susu ibu (ASI) kaya akan omega-3 yang berasal dari mata tuna untuk kecerdasan bayi yang mengalami gangguan perkembangan neuron (Autism spectrum disorder atau ASDs).
Asupan omega-3 dapat diberikan pada makanan bayi melalui weaning food. Weaning food atau Makanan Pendamping-ASI (MP-ASI) adalah makanan bergizi yang diberikan disamping air susu ibu kepada bayi berusia enam bulan ke atas atau berdasarkan indikasi medis, sampai anak berusia 24 bulan (BSN 2005).
Asam lemak omega-3 dari minyak alga umum ditambahkan pada produk makanan bayi komersil. Namun, biaya ekstraksi tersebut lebih mahal ketimbang melakukan ekstraksi minyak ikan.
Hal tersebut yang membuat kami menggunakan minyak ikan mata tuna, ujar Hafizh yang juga mahasiswa Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB.
Dia mengatakan, asam lemak ini (EPA dan DHA) berperan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan otak manusia. Menurut penelitian bahwa konsentrasi asam lemak omega-3 pada anak dengan ASDs diketahui lebih rendah dibandingkan anak normal.
Autism spectrum disorder (ASDs) merupakan gangguan perkembangan neuron yang meliputi autis, syndrom Asperger, dan pervasive developmental disorder not otherwise specified (PDD-NOS) yang membuat anak tersebut mengalami kesulitan dalam interaksi sosial, komunikasi dan kemampuan motorik.
Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan pemberian asupan asam lemakomega-3 sejak dini pada usia bayi dengan gejala ASDs untuk mengurangi tingkat keparahan autis, imbuhnya.
Hafizh menjelaskan, weaning food sudah banyak dilakukan dengan beragam bahan seperti penambahan kacang-kacangan dan pati aren. Selain itu,campuran tepung kecambah kacang tolo 75 persen dan jagung 25 persen menghasilkan MP-ASI yang tinggi vitamin C.
Formulasi tersebut menggunakan susu skim maupun terigu, dimana bahan tersebut tidak direkomendasikan bagi diet bayi dengan ASDs. Susu skim dan terigu mengandung gluten dan kasein yang tidak dapat dipecah oleh enzim pencernaan penderita autis.
Penambahan bahan-bahan itu bertujuan untuk meningkatkan kandungan asam lemak omega-3 dari mata tuna untuk kecerdasan bayi dengan ASDs, ungkapnya.
Penelitian ekstrak minyak ikan dan isolasi asam lemak omega-3 telah banyak dilakukan, salah satunya melalui proses ektraksi dingin dan hasilnya disebutnya virgin fish oil.
Ektraksi tersebut bertujuan meningkatkan kualitas minyak ikan, menurunkan biaya produksi dan mengurangi bahan kimia yang berlebih. DHA telah dilaporkan pula mampu meningkatkan psikologis klinis dan penyembuhan berbagai penyakit mental. Mata tuna mengandung minyak ikan dengan kadar EPA dan DHA yaitu 7 persen dan 35 persen.
Ke depan kami berharap dapat meningkatkan pemanfaatan hasil samping industri tuna sebagai sumber omega-3 dan juga dapat dipublikasikan pada jurnal imiah dan inovasi Indonesia 109," kata Hafizh.(AT/NM)