Kota Bogor (ANTARA) - Konferensi Internasional tentang Konservasi Lingkungan dan Hutan (ICEFC) ke-5 digelar di Auditorium Fakultas Ekonomi dan Managemen (FEM) IPB University Dramaga Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Kamis.
ICEFC sebelumnya sempat berlangsung di Kota Dapitan, Zamboanga del Norte, Filipina (2018), Bogor, Indonesia (2019), Kastamonu City, Turki (2022), dan Kota Davao, Filipina (2023).
Chairperson (Ketua) ICEFC ke-5 Dr Syafitri Hidayati di Bogor, Kamis, menjelaskan ICEFC merupakan konferensi internasional yang diselenggarakan rutin untuk memancing diskusi multidisipliner tentang masalah kehutanan dan lingkungan di tingkat global, nasional, regional, dan lokal
Kegiatan ini, kata Syafitri, menjadi wadah bagi para akademisi, ilmuwan, dan sarjana dari seluruh dunia untuk membagikan hasil penelitian, pengetahuan, teknologi, dan inovasi dalam bidang kehutanan, lingkungan, dan bidang terkait lainnya.
“Konferensi ini merupakan hasil kolaborasi dari empat institusi yaitu IPB University, Southeast Asian Regional Center for Tropical Biology (SEAMEO BIOTROP), Mindanao State University, dan Kastamonu University,” ujarnya.
Syafitri menjelaskan ICEFC tahun ini mengusung tema “Konservasi Hutan di Antroposen: Beradaptasi dengan Realitas Lingkungan Baru”. Istilah Antroposen digunakan untuk menggambarkan era geologis saat ini, yang ditandai dengan dampak signifikan aktivitas manusia terhadap geologi dan ekosistem bumi.
“Kondisi ini menghadirkan tantangan dan peluang yang belum pernah ada sebelumnya untuk upaya konservasi hutan. Seiring dengan berlanjutnya aktivitas manusia yang membentuk ulang lanskap alam, pemahaman dan penyesuaian terhadap realitas lingkungan baru ini sangat penting untuk manajemen dan pelestarian hutan yang berkelanjutan,” katanya.
Plh Direktur SEAMEO BIOTROP Sri Widayanti mengatakan konferensi ini digelar untuk memperluas jaringan profesional dan kolaborasi internasional antara peneliti, dosen, dan akademisi, serta menjadi tempat bertukar pengetahuan dan praktik baik dalam mengatasi berbagai masalah dan tantangan konservasi lingkungan.
“Kemudian dapat pula meningkatkan jumlah publikasi internasional dari Indonesia dan mendorong penyelenggaraan pertemuan ilmiah internasional lanjutan pada masa depan,” ucapnya.
Sri menyebutkan topik yang menjadi pembahasan dalam konferensi ini antara lain teknologi untuk manajemen sumber daya dan ekowisata, perubahan iklim, dan manajemen sumber daya hutan yang berkelanjutan.
Selain itu, kata dia, konferensi ini juga membahas soal pemanfaatan sumber daya, etnobiologi, dan bioprospeksi, kebijakan dan pendidikan untuk konservasi, serta keanekaragaman hayati dan interaksi manusia-hewan liar.
“Dengan pendekatan multidisipliner, ICEFC 2024 diharapkan dapat menghasilkan solusi inovatif yang dapat diterapkan dalam upaya konservasi hutan dan lingkungan di berbagai konteks global dan lokal,” ucapnya.