Kabupaten Bekasi (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat terus berkomitmen mengejar angka prevalensi penyakit tumbuh kembang atau stunting sebesar 14 persen hingga tahun 2024 sebagaimana instruksi kepala negara.
Penjabat Bupati Bekasi Dani Ramdan mengatakan pemerintah daerah menargetkan penurunan angka stunting hingga ke titik terendah melalui upaya penanganan serta pencegahan secara berkesinambungan dengan melibatkan seluruh unsur terkait.
"Sesuai perintah Pak Presiden kepada seluruh kepala daerah di Indonesia yakni harus menekan angka prevalensi stunting maksimal 14 persen di tahun 2024," katanya di Cikarang, Kamis.
Baca juga: Pemkab Bekasi raih penghargaan komitmen menekan stunting
Dia menjelaskan angka stunting di Kabupaten Bekasi terus mengalami penurunan. Hingga penghujung tahun 2021 angka prevalensi penyakit ini masih berada pada 21 persen namun setahun berikutnya atau akhir 2022 turun 3,7 persen menjadi 17 persen.
"Jadi kita masih ada target tiga persen untuk bisa turun ke 14 persen hingga akhir tahun depan. Semoga akhir tahun ini sudah bisa tercapai," katanya.
Pemerintah daerah berkolaborasi dan berbagi tugas dengan segenap organisasi perangkat daerah terkait, termasuk fasilitas kesehatan hingga kantor urusan agama dalam upaya menurunkan angka stunting.
Baca juga: Pemkot Bekasi minta seluruh unsur masyarakat kolaborasi cegah stunting
"Kenapa KUA juga Puskesmas? Karena semua yang akan nikah ke KUA. Nanti di sana akan menerima penyuluhan pra nikah. Saat momentum itu kita meminta KUA bekerja sama dengan puskesmas untuk mengecek apakah calon pengantin perempuan anemia atau tidak. Karena salah satu penyebab stunting itu kalau ibu hamil mengalami anemia atau kurang darah," katanya.
Dani melanjutkan apabila calon pengantin perempuan terdeteksi kurang darah, maka harus diperiksa ke Puskesmas untuk kemudian diberikan suplemen pil penambah darah secara gratis. "Sehingga ketika dia mengalami kehamilan tetap dalam kondisi siap dan sehat," ucapnya.
Di saat bersamaan, tenaga kesehatan dari Puskesmas juga akan memberikan informasi mengenai pola konsumsi atau pola makan, baik selama kehamilan maupun selama anak tumbuh dan berkembang. "Itu menjadi salah satu kunci pencegahan stunting," katanya.
Baca juga: Pemkab Bekasi bagikan tablet tambah darah untuk 124.000 pelajar putri
Sedangkan penanganan bagi anak yang sudah terkena stunting diserahkan sepenuhnya kepada Puskesmas bekerja sama dengan dinas kesehatan dan badan pengendalian penduduk dan keluarga berencana melalui pos pelayanan terpadu di masing-masing wilayah sesuai domisili anak.
"Nanti bisa diberi suplemen berupa makanan tambahan, kemudian imbauan konsumsi ASI eksklusif dan juga pemeriksaan kesehatan lain. Penanganan stunting tidak bisa sendiri, semua unsur terkait harus bekerja keroyokan mengatasi ini," kata dia.