Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kehutanan (Kemenhut) mengatakan sampah yang bocor ke lautan masih menjadi salah satu isu yang dihadapi upaya konservasi di sekitar Kepulauan Seribu.
Ditemui usai peresmian Rumah Penyu di Suaka Margasatwa Pulau Rambut di Kepulauan Seribu, Jakarta, Jumat, Direktur Perencanaan Kawasan Konservasi Kemenhut Ahmad Munawir menyebut dalam beberapa periode tertentu sampah yang berasal dari daratan utama dapat terbawa sampai ke wilayah konservasi tersebut dan menutup sepanjang pantai,
"Kalau dipenuhi dengan sampah, pasti penyu tidak akan bertelur di situ ini yang menjadi kendala utama. Dampaknya juga adalah sebenarnya terjadinya kematian tanaman pantai, termasuk mangrove, dan juga terumbu karang," jelasnya.
Baca juga: Kepulauan Seribu edukasi siswa kelola sampah untuk ikut kontribusi kurangi beban TPST
Suaka Margasatwa Pulau Rambut sendiri memiliki posisi penting dalam upaya konservasi, termasuk menjadi kawasan berkembang biak bangau bluwok (Mycteria cinerea) dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata) yang keberadaannya masuk dalam daftar satwa terancam punah versi daftar merah IUCN.
Wilayah konservasi itu menjadi rumah itu 95 spesies satwa dan 31 spesies biota laut, termasuk beberapa jenis yang dilindungi lain selain penyu sisik dan bangau bluwok.
Persoalan itu sendiri sulit untuk diselesaikan oleh pemerintah sendiri, katanya, dan butuh kesadaran dari masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai yang pada akhirnya dapat berakhir ke lautan. Terutama sampah-sampah yang berasal dari wilayah sekitar Jakarta, Tangerang dan Bekasi.
Baca juga: Kepulauan Seribu siap tingkatkan teknologi pengolahan sampah
"Kami sangat berharap kemudian sampah-sampah bisa dikelola dengan baik di hulu, janganlah kemudian dibuang ke sungai, karena kalau dibuang ke sungai pasti bermuara ke laut. Dan pulau yang paling dekat dari sana adalah pulau ini, sehingga pasti sampah-sampah terus pasti akan menyangkut di sini dan itu akan sangat mengganggu biodiversitas yang ada di sini," ujarnya.