Dinas Perdagangan dan Perindustrian Jawa Barat berkoordinasi dengan Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Kopti) Kota Bandung dan Jabar, terkait kenaikan harga tahu dan tempe di Kota Bandung.
"Terkait kedelai yang berimbas pada kenaikan harga tahu tempe, kami mengawasi, bekerja sama, dan berkoordinasi dengan Kopti di Kota Bandung dan Provinsi Jabar," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Barat Iendra Sofyan pada diskusi bersama media dan mahasiswa bertema "Mengupas Kinerja Indag Isu Ekonomi Jabar Terkini" di Kota Bandung, Selasa.
Sebelumnya pengusaha pabrik tahu di Sentra Produksi Cibuntu menaikkan harga tahu dari Rp50 ribu menjadi Rp60 ribu per papan serta tempe dari Rp12 ribu menjadi Rp13 ribu per kilogram imbas dari kenaikan harga kedelai.
Baca juga: Perajin tahu dan tempe di Bekasi diminta modifikasi ukuran
Baca juga: Ratusan perajin tahu tempe di Lebak Banten siap mogok produksi selama tiga hari
Menurut Iendra, selama ini program penanganan kedelai di Indonesia sudah dilakukan oleh pemerintah pusat, melalui Bulog.
Ia menuturkan berdasarkan data Bulog, sampai tanggal 12 Oktober 2022, dari 17 kabupaten/kota yang diberi subsidi kedelai sebesar Rp1 ribu per kilogram, Provinsi Jabar menempati urutan pertama.
"Jabar paling besar (alokasi subsidi kedelai dari pusat) yakni 30.365.000 kg. Paling besar kedua Jatim, yakni 11,7 juta kg, dan Jateng ketiga sebanyak 10, 7 juta kg. Sampai 12 Oktober 2022, total realisasi sudah 32 juta (untuk Jabar) sudah melebihi dari alokasi," kata dia
Ia mengatakan 90 persen bahan baku tahu tempe berasal dari luar negeri. Karena itu Kementerian Pertanian terus berupaya untuk mendorong petani menanam kedelai, tetapi hasil kurang optimal.
Baca juga: Harga jual tahu tempe di Jakarta Barat naik 10-20 persen
Baca juga: Harga jual tahu tempe di Jakarta Barat naik 10-20 persen
"Menurut sejumlah kepala dinas di sejumlah daerah, para petani kurang tertarik. Sudah mencoba karena untungnya tidak besar. Yang kedua, mungkin dipengaruhi hasil yang tidak sebagus dari luar negeri," kata dia.
Ia menambahkan pengendalian harga kedelai juga dilakukan dengan menerapkan skema menggunakan mata uang lokal atau Local Currency Settlement (LCS) yang dikembangkan oleh BI.
"(LCS) ini dikembangkan BI, dan dikerjasamakan dengan sejumlah negara seperti Jepang, China, Hong Kong, bahkan Thailand, sehingga pada perdagangan luar negeri, kita gunakan mata uang negara yang dikerjasamakan, tidak tergantung dolar. Sekarang dolar naik semuanya ikut naik. Nah, LCS yang akan kita dorong untuk Indonesia," kata dia.