Bogor (Antara Megapolitan) - Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto mengatakan butuh waktu panjang untuk membangun Kota Bogor sebagai kota yang diidamkan terlepas dari kemacetan, kesan kumuh dan kesemrawutan.
"Baru 16 bulan menjabat, rasanya sudah 16 tahun. Jalan ini masih panjang untuk mewujudkan Bogor seperti yang diimpikan, tidak macet, bersih, tertib dan rapi," kata Bima dalam diskusi Obsesi yang diselenggarakan Media Radar Bogor, Kamis.
Dalam diskusi tersebut, Bima menampilkan tayangan dua video dengan durasi masing-masing dua menit. Video pertama menayangkan harmonisasi, keindahan alam, serta kesejukan di Kota Bogor dengan sejuta tamannya yang menjadi idaman setiap orang.
"Saat video pertama ini saya putarkan dalam rapat pembekalan staf Selasa kemarin, semua yang hadir bertepuk tangan," kata Bima.
Lalu video kedua diputar menampilkan wajah sebenarnya dari Kota Bogor dengan beragam persoalan yang belum terselesaikan seperti kemacetan yang terjadi setiap saat, PKL yang tidak tertata, kebersihan, sampah, pemukiman kumuh dan kemiskinan.
"Begitu video kedua saya putar, semua yang hadir dalam rapat diam, tidak berani bertepuk tangan atau berkomentar. Inilah dua wajah Kota Bogor saat ini wajah muram yang tidak membanggakan dan wajah harapan dan senyuman yang diimpikan," katanya.
Politis Partai Amanat Nasional itu mengatakan, di tahun pertama kepemimpinannya, ia menghadapi persoalan untuk bisa keluar dari jembatan rutinitas yang menyita waktu seorang wali kota yakni melakukan audiensi, pertemuan dengan berbagai pihak.
"Kalau dipenuhi semua undangan ini, habis waktu untuk melayani tu, jadi wali kota tidak bisa berbuat apa-apa," katanya.
Memasuki tahun kedua, lanjut dia, Pemerintah Kota Bogor mulai fokus dengan program prioritas, dan tidak lagi terjebak dengan rutinitas. Berbagai pembangunan dilakukan, infrastruktur dan memperbanyak jumlah taman, yang diyakini ada korelasinya dengan tingkat kebahagian masyarakat.
"Walaupun pembangunan dilakukan, ternyata serapan anggaran yang 72,48 persen masih rendah dibanding tahun lalu yang mencapai 83 persen," katanya.
Menurutnya, berbagai faktor menjadi penyebab rendahnya serapan anggaran di Kota Bogor, salah satunya perubahan peraturan di kementerian, juga aspek perencanaan yang menjadi persoalan nomor satu.
"Tahun ini kita akan memperbaiki perencanaan dimulai dari Musrembang di tingkat bawah. Karena bisa mengakomodir harapan masyarakat, kita juga minta DPRD untuk mengawal Musrembang, karena ini hak rakyat untuk mengawal arah pembangunan," katanya.
Keseriusan untuk membangun Kota Bogor yang lebih baik dimulai tahun 2016, Pemerintah Kota Bogor fokus dalam menyelesaikan enam program skala prioritas yakni kemacetan, PKL, kebersihan, sampah, transportasi, dan kemiskinan.
"Persoalan kemacetan ada dua langkah yakni jangka panjang dan jangka pendek. Untuk jangka panjang kita memiliki program rerouting angkot, sistem satu arah, dan merger angkot menjadi transpakuan," katanya.
Untuk jangka pendek, lanjut Bima, perlu ketegasan, komitmen dan kemauan petugas di lapangan untuk mengurai kemacetan dengan menindak hambatan dan halangan yang terjadi seperti parkir liar, angkot yang ngetem, PKL yang berjualan di trotoar dan bahu jalan.
"Jangka pendek itu gampang, komitmen dan ketegasan. Saya coba lakukan dua hari yang lalu bertugas langsung ke lapangan, dua sampai tiga jam saya pantau jalan Kapten Muslihat, itu lancar. Tapi setelah saya tinggal, macet lagi," katanya.
Bima menambahkan, membangun karater masyarakat yang tertib, taat aturan, peduli pada lingkungan menjadi penting. Dengan masyarakat yang memiliki karakter seperti itu, sehingga memiliki kesadaran untuk tidak melakukan hal-hal yang melanggar aturan.
Dalam diskusi Obsesi tersebut, turut hadir Bupati Bogor, Nurhayanti, yang memaparkan program pembangunan wilayah Kabupaten Bogor yang fokus pada pembangunan sektor pendidikan, kesehatan, dan kesehatan.
Bima Arya: Membangun Bogor Butuh Waktu Panjang
Kamis, 7 Januari 2016 21:38 WIB
Walaupun pembangunan dilakukan, ternyata serapan anggaran yang 72,48 persen masih rendah dibanding tahun lalu yang mencapai 83 persen.