Depok (ANTARA) - Pesantren Al-Hamidiyah yang didirikan KH. A. Sjaichu memadukan metode pesantren salaf dan modern, dimana kajian kitab kuning dan Al-qur'an menjadi materi wajib bagi santri setiap hari sesuai jenjang pendidikannya.
"Selama ini Pesantren mengajarkan kitab kuning, tapi kita ingin menambahkan kitab kuning karya Ulama dari Nusantara. Pengetahuan tentang Ulama dari Nusantara itu yang ingin kita kenalkan kepada para santri," ujar Kepala Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah Prof. Dr. Oman Faturrahman, M.Hum. dalam keterangannya, di Depok, Selasa.
Hal tersebut dikatakan Oman Faturrahman seusai acara Pelantikan Kepala Pengasuh dan Wakil Kepala Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah Depok: Prof. Dr. Oman Faturrahman, M. Hum (Kepala Pengasuh), KH. Jauhari, LC (Wakil Kepala Pengasuh Bidang Madrasah), KH. Abdul Rasyid, LC (Wakil Kepala Pengasuh Bidang Pesantren dan Asrama).
Tidak hanya kitab kuning saja, melainkan juga akan fokus dalami kajian Kitab kuning atau klasik karya Ulama dari Nusantara. Seperti yang dijelaskan oleh Kepala Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah Prof. Dr. Oman Faturrahman, M.Hum.
Menurutnya, Turats (Peninggalan Ulama dan Cendekia terdahulu-red) dari Karya Ulama Nusantara sangat banyak. Baik dalam ilmu Fiqih, Tafsir seperti Tafsir Ibriz, Tarjuman Mustafid, abad ke-17 ada Abdurrahman Sinkel dari Aceh dan lainnya.
Baca juga: Al-Hamidiyah terapkan metode pembelajaran 'Steammi' di masa pandemi COVID-19
Dalam acara pelantikan tersebut, selain dihadiri oleh Bapak Dr. Imam Susanto, Sp. Bp selaku Direktur Utama Yayasan Islam Al-Hamidiyah, juga dihadiri oleh Bapak Dr. Adib, M. Ag selaku Kepala Kanwil Kemenag Jawa Barat, Bapak H. Asnawi, S. Ag selaku Kepala Kemenag Kota Depok, Bapak Drs. H. Lukman Hakim Saifuddin selaku Menteri Agama RI ke 22, dan beberapa pejabat kota Depok lainnya.
Menurutnya, ajaran Islam datang ke Indonesia seringkali diterjemahkan ke dalam konteks tafsir Indonesia. Khazanah pemikiran Ulama dari Indonesia sangat luas dan tidak hanya berbahasa Indonesia.
Namun, lanjutnya, dalam penulisannya juga menggunakan bahasa Jawa, Sunda Arab Pegon, Sumatera dan lainnya. "Itu semua adalah karya-karya para Ulama kita. Yang terpenting adalah supaya santri-santri kita, khususnya Pesantren Al-Hamidiyah memahami bagaimana pemikiran keislaman para Ulama Indonesia,"terang pakar Filologi ini.
Baca juga: Pesantren Al-Hamidiyah Depok jadi percontohan penerapan protokol COVID-19
Ia menambahkan, dalam konteks tafsir selama ini mengenal tafsir jalalain tafsir al-maraghi tafsir Ibnu Katsir dan lainnya. Padahal, Ulama dari Nusantara sendiri mempunyai tafsir Al Ibriz Mbah Bisri Musthofa, tafsir Sunda dari Kyai Ahmad Sanusi.
"Belum lagi tafsir-tafsir dari Sumatera itu banyak sekali, sama halnya tafsir-tafsir lokal. Nah, itu kan kekayaan kita, bahasa-bahasa kita, dan saya kira itu perlu diketahui,"paparnya.
Sementara itu, Kepala Kanwil Kemenag Jawa Barat Dr. H. Adib mengapresiasi keberadaan Pesantren Al-Hamidiyah. Pasalnya, dari sisi prestasi di tingkat lokal maupun Nasional sudah cukup diakui.
"Pesantren Al-Hamidiyah merupakan Pesantren unggulan di Jawa Barat. Keberadaannya dalam melahirkan lulusan yang berkualitas. Semoga semakin berkah ke depannya mengabdi kepada masyarakat. Saya ucapkan selamat kepada Pengasuh Pesantren Prof. Dr. KH. Oman Fathurrahman,"ujarnya.
Harapannya setelah acara ini, kepala pengasuh dan wakil kepala pengasuh dapat terus melakukan inovasi berkelanjutan dengan cara menunjukkan bagaimana Al-Hamidiyah dapat berkontribusi khususnya di bidang pendidikan.
Pesantren Al-Hamidiyah ajarkan santri dalami turats ulama dari nusantara
Selasa, 20 April 2021 16:35 WIB
Selama ini Pesantren mengajarkan kitab kuning, tapi kita ingin menambahkan kitab kuning karya Ulama dari Nusantara.