Jakarta (ANTARA) - Hadirnya jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek (Japek) yang awalnya untuk mengurangi kepadatan, justru masih menimbulkan kemacetan, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan itu bukan suatu kegagalan.
“Itu euforia masyarakat saja, contohnya saya jual martabak, martabaknya enak orang pada datang, banyak orang yang beli dalam satu jam sudah habis, masa saya dibilang gagal,” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi kepada pers usai pameran foto di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Minggu.
Menhub menilai baik apabila Tol Layang Japek atau tol elevated menjadi pilihan masyarakat yang akhirnya beramai-ramai untuk mencoba jalur baru tersebut.
“Japek saya pikir sejauh ini baik. Kalaupun kemarin terjadi suatu lonjakan karena memang euforia atau ekspektasi orang untuk menggunakan itu tinggi sekali,” katanya.
Ia menjelaskan dengan adanya tol elevated tersebut bisa mempercepat waktu tempuh kendaraan, contohnya Jakarta-Bandung dari empat jam menjadi tiga jam.
Baca juga: Tol layang Japek gratis hingga Tahun Baru 2020
“Mengapa saya katakan bagus? Karena sekarang ini rata-rata Jakarta Bandung sekarang sudah 3 jam 3,5 jam sebelumnya empat jam. Lebih banyak yang mengatakan oke,” katanya.
Namun, lanjut dia, dalam waktu hingga tiga bulan ke depan ini pihaknya akan mengevaluasi kekurangan-kekurangan dalam pengoperasian Tol Japek layang tersebut.
“Jadi kita evaluasi, kita perbaiki kekurangan-kekurangan Insya Allah dalam waktu tiga bulan ini akan selesai sehingga menjadi baik,” katanya.
Baca juga: Jokowi: Tol layang Japek kurangi kemacetan hingga 30 persen
Budi mengusulkan akan membatasi pergerakan kendaraan yang melintasi tol layang tersebut.
“Nantinya kita lihat. Kita akan batasi orang yang naik ke atas, saya yakin oke. Jadi saya tinggal akan mengawasi. Kalau sudah sekian ribu lebih saya batasi,” katanya.
Sementara itu, Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan tol elevated belum memenuhi ekspektasi masyarakat sebagai solusi kemacetan jalur yang hampir setiap hari sangat padat tersebut mengingat pada Sabtu (21/12) tol layang Cikampek macet total selama dua jam, dan akhirnya arus lalin menuju tol layang ditutup sementara.
“Ini artinya saat tol layang Cikampek dibangun tidak mempertimbangkan berbagai kemungkinan, termasuk jika ada kendaraan mogok di tol layang. Ini bisa jadi petugas tol tidak sigap mengatasi masalah saat terjadi kendaraan mogok, dan volume trafik sedang tinggi tingginya,” katanya.
Untuk itu, YLKI mendesak agar pemerintah Kemenhub dan kepolisian mengevaluasi total management traffic saat libur akhir pekan panjang seperti Natal dan nanti libur Idul Fitri.
“Selain itu perlu dipertimbangkan adanya emergency exit, misalnya di km 25, sehingga pengguna tol tidak tidak tersandera di jalan tol selama berjam jam. Ini bisa membahayakan keamanan dan keselamatan pengguna tol. Jangan sampai tol layang ini jadi produk gagal,” ujarnya.