Jakarta (ANTARA) - Fakultas Farmasi Universitas Pancasila (FFUP) Jakarta menggelar program Pengabdian kepada Masyarakat dengan tema “Pemberdayaan Masyarakat Sadar Pengelolaan Sampah Berbasis Bank Sampah dan Inovasi Pengolahan Sampah" di Desa Putat Nutug, Ciseeng Kabupaten Bogor Jawa Barat, Rabu (5/11).
Kegiatan ini diikuti oleh Dr. apt. Faizatun, M.Si sebagai ketua Tim dan Umi Marwati Dra. MSi, Dr. apt. Liliek Nurhidayati, M.Si sebagai anggota dibantu oleh mahasiswa program sarjana Fakultas Farmasi Universitas Pancasila.
Selain itu dibantu Yogi Ramadhana (sekretaris desa), Man Darmawan (kepala desa) , Bapak RT 03 RW 01, Ibu-ibu kader penggerak di RT 03 Desa Putat Nutug.
Faizatun mengatakan wilayah ini merupakan wilayah binaan Fakultas Farmasi Universitas Pancasila. Dengan demikian aktivitas kegiatan di wilayah ini diharapkan dapat menjadi bahan media pembelajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat seluruh civitas akademika Fakultas Farmasi sekaligus dapat membantu permasalahan masyarakat desa Putat Nutug.
Dengan mengusung tema tersebut diharapkan kegiatan ini dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat desa Putat Nutug dalam pengelolaan sampah.
Warga desa Putat Nutug sudah mulai menerapkan konsep Bank sampah untuk sampah anorganik, sehingga fokus kegiatan PKM ini adalah pengolahan sampah organik.
Kegiatan pengabdian kepada Masyarakat dilanjutkan dengan pelatihan pemilahan sampah, sampah dipilah menjadi 3 golongan besar yaitu sampah organik, sampah anorganik dan sampah B3.
Pelatihan ini disampaikan oleh Dr. apt. Liliek Nurhidayati. Untuk warga Desa Putat Nutug diberikan sticker pemilahan sampah yang dapat ditempel di dapur warga desa untuk memandu pemilahan sampah dimulai dari rumah masing-masing.
Pelatihan kedua untuk warga desa RT 03 adalah pengolahan sampah organik rumah tangga menjadi pupuk kompos dan pupuk organik cair (POC).
Disampaikan ada 6 (enam) cara untuk pengolahan sampah organik skala rumah tangga, yaitu cara komposter drum, Takakura, ember bertumpuk, biopori, losida (lodong sisa dapur), dan ecoenzym.
Pada kesempatan ini warga diberikan buku saku pengelolaan sampah, termasuk 6 cara pengolahan sampah organik skala rumah tangga sehingga dapat memandu warga untuk menerapkan pengolahan sampah organik di rumah masing-masing warga.
Pada pengabdian Masyarakat ini, tim PKM menyumbangkan mesin komposter kapasitas 200 liter untuk RT 03 RW 01 Desa Putat Nutug. Mesin ini digunakan untuk membuat kompos dari sampah organik yang dikumpulkan dari warga desa.
Untuk penggunaan mesin ini dilakukan workshop pembuatan kompos oleh Dra. Umi Marwati, M.Si, juga diberikan buku panduan yang berjudul “ Teknologi Praktis Pembuatan Kompos Dengan Biodegradator Berbasis Sampah Rumah Tangga (Wilayah)”.
Sampah rumah tangga (sisa potongan sayur, buah, atau makanan basi, sisa makananm, bubuk kopi, bubuk teh), sampah organik pasar, sampah daun dan ranting kecil pepohonan, sampah daun dan ranting kecil dari pohon tumbang, rumput-rumputan.
Sebelum dikomposkan, hendaknya dipotong kecil-kecil 1 cm -7 cm) atau dihancurkan. Persiapan bahan yang dikomposkan. Pertimbangkan kelembaban bahan yang digunakan.
Ketika bahan terlalu basah, campurkan secara merata perbandingan sampah rumah tangga 1 : 2-3 dengan serbuk gergaji, sekam, cacahan jerami atau cacahan daun daunan kering lainnya. Jika cukup basah dan tidak terlalu kering dapat langsung digunakan sebagai bahan kompos.
Tambahkan atau semprotkan secara merata activator, degradator atau decomposer yang sudah disiapkan secara merata padacampuran bahan. Kelembaban dijaga 30-40 persen.
Proses fermentasi dilakukan dengan masukkan ke dalam drum, tutup rapat. Waktu fermentasi awal berlangsung 2-4 hari dengan suhu 35-45oC. Kondisi ini digunakan untuk membunuh mikroba pathogen.
Kondisi ini jangan dibiarkan lebih dari 4 hari, karena panas yang ditimbulkan dapat membunuh mikroba degradator. Setelah 3-4 hari lakukan pembalikan, proses pengomposan dilakukan dengan mengontrol suhu 3 hari sekali dan kelembaban dengan dibolak balik atau jika kurang basah disemprot kembali dengan air.
Suhu proses pengomposan pada fase ini terbaik pada suhu 45-60oC dengan kelembaban 40-50 persen.
Selanjutnya proses pembalikan dan pengontrolan suhu ini dilakukan setiap 3 -4 hari sekali. Setelah minggu kedua, minggu ketiga, perhatikan warna bahan.
Apabila sudah mendekati kecoklatan atau kehitaman , volume berkurang hampir 50 persen, suhu tidak lebih dari 40oC, maka kompos sudah terbentuk.
