Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya.
Padahal seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.
Salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting. Upaya ini bertujuan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global.
Salah satu indikator SDGs (Sustainable Development Goals) adalah pada tahun 2030, menghilangkan segala bentuk kekurangan gizi, termasuk pada tahun 2025 mencapai target yang disepakati secara internasional untuk anak pendek dan kurus di bawah usia 5 tahun, dan memenuhi kebutuhan gizi remaja perempuan, ibu hamil dan menyusui, serta manula.

Anak pendek atau stunting saat ini merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia, dan masih merupakan masalah juga untuk Kota Bogor.
Hal ini dapat di lihat pada tabel berikut ini :
Wilayah |
STUNTING |
ASI Eksklusif |
||
2016 |
2017 |
2016 |
2017 |
|
Indonesia |
27,5 % |
29,6 % |
29,5 % |
35,7 % |
Jawa Barat |
25,1 % |
29,2 % |
39,6 % |
38,2 % |
Kota Bogor |
18,3 % |
25,0 % |
40,4 % |
35,6% |
Tingginya angka stunting di Indonesia, Jawa Barat dan Kota Bogor mendorong pemerintah berkomitmen untuk menurunkan angka stunting melalui beberapa kebijakan kesehatan salah satunya adalah kebijakan yang dicanangkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dalam menanggulangi Stunting melalui program 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan). Program 1000 HPK dimulai sejak dari fase kehamilan (270 hari) hingga anak berusia 2 tahun (730 hari).
Di masa 1000 HPK ini adalah masa yang kritis karena masa ini sangat menentukan bagaimana kualitas anak di masa mendatang. Tantangan gizi yang dialami selama fase kehamilan adalah status gizi seorang wanita sebelum hamil dimana hal itu sangat menentukan awal perkembangan plasenta dan embrio janin yang dikandung ibu.
Berat badan ibu pada saat pembuahan, baik menjadi kurus atau kegemukan dapat mengakibatkan kehamilan beresiko dan berdampak pada kesehatan anak dikemudian hari.
Kebutuhan gizi akan meningkat pada fase kehamilan, khususnya energi, protein, serta beberapa vitamin dan mineral sehingga ibu harus memperhatikan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsinya. Janin memiliki sifat plastisitas (fleksibilitas) pada setiap periode perkembangannya.
Janin akan menyesuaikan diri dengan apa yang terjadi pada ibunya, termasuk apa yang dimakan oleh ibunya selama mengandung. Jika nutrisinya kurang, bayi akan mengurangi sel-sel perkembangan tubuhnya. Oleh karena itu, pemenuhan gizi pada anak di 1000 HPK menjadi sangat penting, sebab jika tidak dipenuhi asupan nutrisinya, maka dampaknya pada perkembangan anak akan bersifat permanen. Perubahan permanen inilah yang menimbulkan masalah jangka panjang seperti stunting.
Stunting (kerdil) adalah kondisi gagal tumbuh pada anak di bawah dua tahun yang disebabkan kekurangan gizi pada waktu yang lama (kronis). Ada beberapa kondisi yang menjadi penyebab terjadinya stunting pada balita, yaitu remaja anemia, ibu hamil tidak berkualitas (anemia), tidak memberikan IMD (Inisiasi Menyusu Dini), Tidak ASI Ekslusif, MP-ASI (Makanan Pendamping-ASI) tidak sesuai anjuran, konsumsi makanan sehari-hari tidak bergizi seimbang, balita gizi sangat kurus dan kurus.
Taleus Bogor (Tanggap Leungitkeun Stunting) di Kota Bogor merupakan sebuah inovasi untuk mencegah dan menurunkan kejadian stunting pada balita di Kota Bogor, melalui upaya-upaya menurunkan angka anemia pada remaja putri, meningkatkan pengetahuan calon pengantin tentang 1000 HPK, meningkatkan pengetahuan ibu balita tentang pemberian makan balita, meningkatkan capaian ASI Eksklusif, meningkatkan pengetahuan kader tentang pemberian makan bayi dan anak (PMBA), meningkatkan pengetahuan dan pembentukan kelompok tentang gizi seimbang metode zimba serta meningkatkan dukungan pemberian ASI Eksklusif kepada ibu menyusui.

Remaja
- Meningkatkan pengetahuan tentang 1000 HPK, pentingnya gizi dan kesehatan reproduksi
- Penjaringan kesehatan untuk mengetahui remaja beresiko kesehatan
- Deteksi faktor resiko penyakit tidak menular
- Pemberian suplemen tablet tambah darah
- Duta remaja puteri sehat
Calon Pengantin (catin)
- Meningkatkan pengetahuan tentang 1000 HPK, pentingnya gizi dan kesehatan reproduksi
- Konseling untuk pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) dan tes HIV
Ibu Hamil
- Pemberiant tablet tambah darah (TTD)
- Mengikuti bulan pemantauan ibu hamil
- Pendampingan Ibu hamil dengan Opat Sauyunan’
- Mengikuti kelas ibu hamil, konseling ASI
- Pemberian makanan tambahan ibu hamil KEK (kurang energi kronis)
Ibu Menyusui
- IMD dan memberikan ASI Ekslusif
- Kelas ASI, kelompok pendukung ASI dan menyediakan ruang
Balita
- Bulan pemantauan tumbuh kembang balita
- Mengikuti kelas ibu balita
- Pemberian Makan Bayi Anak
- Pemberian makanan tambahan untuk gizi sangat kurus dan kurus \
Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia Indonesia, juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa. Hal ini dikarenakan anak stunting bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh pendek/kerdil) saja, melainkan juga terganggu perkembangan otaknya, yang mana tentu akan sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas dan kreativitas di usia-usia produktif.
Semoga program inovasi “Taleus Bogor” dapat mencegah dan mengatasi stunting di Kota Bogor.
Oleh: Woro Rachtiyah Amadewi, SKM Fungsional Nutrisionis pada Dinas Kesehatan Kota Bogor, Jawa Barat.